Pemekaran Kabupaten Tapanuli TengahFeatured Post

Friday 4 January 2013

Sejarah Islam di Tanah Batak


Sejarah Islam di tanah Batak
Sejarah Islam di tanah Batak

Perang Paderi (Ada yang berpendapat kata ini berasal dari Pidari di Sumatera Barat, dan ada yang berpendapat kata Paderi berasal dari kata Padre, bahasa Portugis, yang artinya pendeta, dalam hal ini adalah ulama) di Sumatera Barat berawal dari pertentangan antara kaum adat dengan kaum ulama.

Sebagaimana seluruh wilayah di Asia Tenggara lainnya, sebelum masuknya agama Islam, agama yang dianut masyarakat di Sumatera Barat juga agama Buddha dan Hindu. Sisa-sisa budaya Hindu yang masih ada misalnya sistem matrilineal (garis ibu), yang mirip dengan yang terdapat di India hingga sekarang. Masuknya agama Islam ke Sumatera Utara dan Timur, juga awalnya dibawa oleh pedagang-pedagang dari Gujarat dan Cina. Setelah kembalinya beberapa tokoh Islam dari Mazhab Hambali yang ingin menerapkan alirannya di Sumatera Barat, timbul pertentangan antara kaum adat dan kaum ulama, yang bereskalasi kepada konflik bersenjata. Karena tidak kuat melawan kaum ulama (Paderi), kaum adat meminta bantuan Belanda, yang tentu disambut dengan gembira.

Maka pecahlah Perang Paderi yang berlangsung dari tahun 1816 sampai 1833. Selama berlangsungnya Perang Paderi, pasukan kaum Paderi bukan hanya berperang melawan kaum adat dan Belanda, melainkan juga menyerang Tanah Batak Selatan, Mandailing, tahun 1816-1820 dan kemudian mengislamkan Tanah Batak selatan dengan kekerasan senjata, bahkan di beberapa tempat dengan tindakan yang sangat kejam.

Sebelum masuknya agama Islam dan Kristen ke Tanah Batak, selain agama asli Batak yaitu Parmalim, seperti di hampir di seluruh Nusantara, agama yang berkembang di Sumatera Utara adalah agama Hindu dan Buddha. Sedangkan di Sumatera Barat pada abad 14 berkembang aliran Tantra Caivite (Shaivite) Mahayana dari agama Buddha, dan hingga tahun 1581 Kerajaan Pagarruyung di Minangkabau masih beragama Hindu. Agama Islam yang masuk ke Mandailing dinamakan oleh penduduk setempat sebagai Silom Bonjol (Islam Bonjol) karena para penyerbunya datang dari Bonjol. Seperti juga di Jawa Timur dan Banten rakyat setempat yang tidak mau masuk Islam, menyingkir ke utara. Bahkan akibat agresi kaum Paderi dari Bonjol, tak sedikit yang melarikan diri sampai Malaya.

Penyerbuan Islam ke Mandailing berawal dari dendam keturunan marga Siregar terhadap dinasti Singamangaraja dan seorang anak hasil incest (hubungan seksual dalam satu keluarga) dari keluarga Singamangaraja X. Ketika bermukim di daerah Muara, di Danau Toba, marga Siregar sering melakukan tindakan yang tidak disenangi oleh marga-marga lain, sehingga konflik bersenjatapun tidak dapat dihindari. Raja Oloan Sorba Dibanua, kakek moyang dari Dinasti Singamangaraja, memimpin penyerbuan terhadap pemukiman Marga Siregar di Muara. Setelah melihat kekuatan penyerbu yang jauh lebih besar, untuk menyelamatkan anak buah dan keluarganya, peminpin marga Siregar, Raja Porhas Siregar meminta Raja Oloan Sorba Dibanua untuk melakukan perang tanding -satu lawan satu- sesuai tradisi Batak.

Menurut tradisi perang tanding Batak, rakyat yang pemimpinnya mati dalam pertarungan satu lawan satu tersebut, harus diperlakukan dengan hormat dan tidak dirampas harta bendanya serta dikawal menuju tempat yang mereka inginkan. Dalam perang tanding itu, Raja Porhas Siregar kalah dan tewas di tangan Raja Oloan Sorba Dibanua. Anak buah Raja Porhas ternyata tidak diperlakukan seperti tradisi perang tanding, melainkan diburu oleh anak buah Raja Oloan sehingga mereka terpaksa melarikan diri ke tebing-tebing yang tinggi di belakang Muara, meningggalkan keluarga dan harta benda. Mereka kemudian bermukim di dataran tinggi Humbang. Pemimpin Marga Siregar yang baru, Togar Natigor Siregar mengucapkan sumpah, yang diikuti oleh seluruh Marga Siregar yang mengikat untuk semua keturunan mereka, yaitu: Kembali ke Muara untuk membunuh Raja Oloan Sorba Dibanua dan seluruh keturunannya.

Dendam ini baru terbalas setelah 26 generasi, tepatnya tahun 1819, ketika Jatengger Siregar -yang datang bersama pasukan Paderi, di bawah pimpinan Pongkinangolngolan (Tuanku Rao)- memenggal kepala Singamangaraja X, keturunan Raja Oloan Sorba Dibanua, dalam penyerbuan ke Bakkara, ibu kota Dinasti Singamangaraja. Ibu dari Pongkinangolngolan adalah Gana Sinambela, putri dari Singamangaraja IX sedangkan ayahnya adalah Pangeran Gindoporang Sinambela adik dari Singamangaraja IX. Gindoporang dan Singamangaraja IX adalah putra-putra Singamangaraja VIII. Dengan demikian, Pongkinangolngolan adalah anak hasil hubungan gelap antara Putri Gana Sinambela dengan Pamannya, Pangeran Gindoporang Sinambela.

Gana Sinambela sendiri adalah kakak dari Singamangaraja X. Walaupun terlahir sebagai anak di luar nikah, Singamangaraja X sangat mengasihi dan memanjakan keponakannya. Untuk memberikan nama marga, tidak mungkin diberikan marga Sinambela, karena ibunya bermarga Sinambela. Namun nama marga sangat penting bagi orang Batak, sehingga Singamangaraja X mencari jalan keluar untuk masalah ini. Singamangaraja X mempunyai adik perempuan lain, Putri Sere Sinambela, yang menikah dengan Jongga Simorangkir, seorang hulubalang. Dalam suatu upacara adat, secara pro forma Pongkinangolngolan "dijual" kepada Jongga Simorangkir, dan Pongkinangolngolan kini bermarga Simorangkir. Namun kelahiran di luar nikah ini diketahui oleh 3 orang Datu (tokoh spiritual) yang dipimpin oleh Datu Amantagor Manurung. Mereka meramalkan, bahwa Pongkinangolngolan suatu hari akan membunuh pamannya, Singamangaraja X. Oleh karena itu, Pongkinangolngolan harus dibunuh. Sesuai hukum adat, Singamangaraja X terpaksa menjatuhkan hukuman mati atas keponakan yang disayanginya. Namun dia memutuskan, bahwa Pongkinangolngolan tidak dipancung kepalanya, melainkan akan ditenggelamkan di Danau Toba. Dia diikat pada sebatang kayu dan badannya dibebani dengan batu-batu supaya tenggelam. Di tepi Danau Toba, Singamangaraja X pura-pura melakukan pemeriksaan terakhir, namun dengan menggunakan keris pusaka Gajah Dompak ia melonggarkan tali yang mengikat Pongkinangolngolan, sambil menyelipkan satu kantong kulit berisi mata uang perak ke balik pakaian Pongkinangolngolan. Perbuatan ini tidak diketahui oleh para Datu, karena selain tertutup tubuhnya, juga tertutup tubuh Putri Gana Sinambela yang memeluk dan menangisi putra kesayangannya. Tubuh Pongkinangolngolan yang terikat kayu dibawa dengan rakit ke tengah Danau dan kemudian dibuang ke air.

Setelah berhasil melepaskan batu-batu dari tubuhnya dengan berpegangan pada kayu, Pongkinangolngolan berhasil mencapai sungai Asahan, di mana kemudian di dekat Narumonda, ia ditolong oleh seorang nelayan, Lintong Marpaung. Setelah bertahun-tahun berada di daerah Angkola dan Sipirok, Pongkinangolngolan memutuskan untuk pergi ke Minangkabau, karena selalu kuatir suatu hari akan dikenali sebagai orang yang telah dijatuhi hukuman mati oleh Raja Batak.

Di Minangkabau ia mula-mula bekerja pada Datuk Bandaharo Ganggo sebagai perawat kuda. Pada waktu itu, tiga orang tokoh Islam Mazhab Hambali, yaitu Haji Miskin, Haji Piobang dan Haji Sumanik baru kembali dari Mekkah dan sedang melakukan penyebaran Mazhab Hambali di Minangkabau, yang menganut aliran Syi'ah. Haji Piobang dan Haji Sumanik pernah menjadi pewira di pasukan kavaleri Janitsar Turki. Gerakan mereka mendapat dukungan dari Tuanku Nan Renceh, yang mempersiapkan tentara untuk melaksanakan gerakan Mazhab Hambali, termasuk rencana untuk mengislamkan Mandailing.

Tuanku Nan Renceh yang adalah seorang teman Datuk Bandaharo Ganggo, mendengar mengenai nasib dan silsilah dari Pongkinangolngolan. Ia memperhitungkan, bahwa Pongkinangolngolan yang adalah keponakan Singamangaraja X dan sebagai cucu di dalam garis laki-laki dari Singamangaraja VIII, tentu sangat baik untuk digunakan dalam rencana merebut dan mengIslamkan Tanah Batak. Oleh karena itu, ia meminta kawannya, Datuk Bandaharo agar menyerahkan Pongkinangolngolan kepadanya untuk dididik olehnya. Pada 9 Rabiu'ulawal 1219 H (tahun 1804 M), dengan syarat-syarat khitan dan syahadat, Pongkinangolngolan diislamkan dan diberi nama Umar Katab oleh Tuanku Nan Renceh. Nama tersebut diambil dari nama seorang Panglima Tentara Islam, Umar Chattab. Namun terselip juga asal usul Umar Katab, karena bila dibaca dari belakang, maka akan terbaca: Batak!

Tuanku Rao Penyebar Islam Tanah Batak

Penyebaran Mazhab Hambali dimulai tahun 1804 dengan pemusnahan keluarga Kerajaan Pagarruyung di Suroaso, yang menolak aliran baru tersebut. Hampir seluruh keluarga Raja Pagarruyung dipenggal kepalanya oleh pasukan yang dipimpin oleh Tuanku Lelo, yang nama asalnya adalah Idris Nasution. Hanya beberapa orang saja yang dapat menyelamatkan diri, di antaranya adalah Yang Dipertuan Arifin Muning Alamsyah yang melarikan diri ke Kuantan dan kemudian meminta bantuan Belanda. Juga putrinya, Puan Gadis dapat menyelamatkan diri, dan pada tahun 1871 menceriterakan kisahnya kepada Willem Iskandar.

Islamisasi di Tanah Batak

Umar Katab alias Pongkinangolngolan Sinambela kembali dari Mekkah dan Syria tahun 1815, di mana ia sempat mengikuti pendidikan kemiliteran pada pasukan kavaleri janitsar Turki. Oleh Tuanku Nan Renceh ia diangkat menjadi perwira tentara Paderi dan diberi gelar Tuanku Rao. Ternyata Tuanku Nan Renceh menjalankan politik divide et impera seperti Belanda, yaitu menggunakan orang Batak untuk menyerang Tanah Batak. Penyerbuan ke Tanah Batak dimulai pada 1 Ramadhan 1231 H (tahun 1816 M), dengan penyerbuan terhadap benteng Muarasipongi yang dipertahankan oleh Marga Lubis. 5.000 orang dari pasukan berkuda ditambah 6.000 infanteri meluluhlantakkan benteng Muarasipongi, dan seluruh penduduknya dibantai tanpa menyisakan seorangpun.


Kekejaman ini sengaja dilakukan dan disebarluaskan untuk menebarkan teror dan rasa takut agar memudahkan penaklukkan. Setelah itu, satu persatu wilayah Mandailing ditaklukkan oleh pasukan Paderi, yang dipimpin oleh Tuanku Rao dan Tuanku Lelo, yang adalah putra-putra Batak sendiri. Selain kedua nama ini, ada sejumlah orang Batak yang telah masuk Islam, ikut pasukan Paderi menyerang Tanak Batak, yaitu Tuanku Tambusai (Harahap), Tuanku Sorik Marapin (Nasution), Tuanku Mandailing (Lubis), Tuanku Asahan (Mansur Marpaung), Tuanku Kotapinang (Alamsyah Dasopang), Tuanku Daulat (Harahap), Tuanku Patuan Soripada (Siregar), Tuanku Saman (Hutagalung), Tuanku Ali Sakti (Jatengger Siregar), Tuanku Junjungan (Tahir Daulay) dan Tuanku Marajo (Harahap).

Penyerbuan terhadap Singamangaraja X di Benteng Bakkara, dilaksanakan tahun 1819. Orang-orang Siregar Salak dari Sipirok dipimpin oleh Jatengger Siregar ikut dalam pasukan penyerang, guna memenuhi sumpah Togar Natigor Siregar dan membalas dendam kepada keturunan Raja Oloan Sorba Dibanua, yaitu Singamangaraja X. Jatengger Siregar menantang Singamangaraja untuk melakukan perang tanding. Walaupun sudah berusia lanjut, namun Singamangaraja tak gentar dan menerima tantangan Jatengger Siregar yang masih muda. Duel dilakukan dengan menggunakan pedang di atas kuda. Duel yang tak seimbang berlangsung tak lama. Singamangaraja kalah dan kepalanya dipenggal oleh pedang Jatengger Siregar. Terpenuhi sudah dendam yang tersimpan selama 26 generasi. Kepala Singamangaraja X ditusukkan ke ujung satu tombak dan ditancapkan ke tanah.

Orang-orang marga Siregar masih belum puas dan menantang putra-putra Singamangaraja X untuk perang tanding. Sebelas putra-putra Singamangaraja memenuhi tantangan ini, dan hasilnya adalah 7 - 4 untuk kemenangan putra-putra Singamangaraja. Namun setelah itu, penyerbuan terhadap Benteng Bakkara terus dilanjutkan, dan sebagaimana di tempat-tempat lain, tak tersisa seorangpun dari penduduk Bakkara, termasuk semua perempuan yang juga tewas dalam pertempuran. Penyerbuan pasukan Paderi terhenti tahun 1820, karena berjangkitnya penyakit kolera dan epidemi penyakit pes. Dari 150.000 orang tentara Paderi yang memasuki Tanah Batak tahun 1818, hanya tersisa sekitar 30.000 orang dua tahun kemudian. Sebagian terbesar bukan tewas di medan petempuran, melainkan mati karena berbagai penyakit.

Untuk menyelamatkan sisa pasukannya, tahun 1820 Tuanku Rao bermaksud menarik mundur seluruh pasukannya dari Tanah Batak Utara, sehingga rencana pengIslaman seluruh Tanah Batak tak dapat diteruskan. Namun Tuanku Imam Bonjol memerintahkan agar Tuanku Rao bersama pasukannya tetap di Tanah Batak, untuk menghadang masuknya tentara Belanda. Ketika keadaan bertambah parah, akhirnya Tuanku Rao melakukan pembangkangan terhadap perintah Tuanku Imam Bonjol, dan memerintahkan sisa pasukannya keluar dari Tanah Batak Utara dan kembali ke Selatan. Enam dari panglima pasukan Paderi asal Batak, yaitu Tuanku Mandailing, Tuanku Asahan, Tuanku Kotapinang, Tuanku Daulat, Tuanku Ali Sakti dan Tuanku Junjungan, tahun 1820 memberontak terhadap penindasan asing dari Bonjol/Minangkabau dan menanggalkan gelar Tuanku yang dipandang sebagai gelar Minangkabau. Bahkan Jatengger Siregar hanya menyandang gelar tersebut selama tiga hari. Mereka sangat marah atas perilaku pasukan Paderi yang merampok dan menguras Tanah Batak yang telah ditaklukkan. Namun hanya karena ingin balas dendam kepada Singamangaraja, Jatengger Siregar menahan diri sampai terlaksananya sumpah Togar Natigor Siregar dan ia behasil membunuh Singamangaraja X.

Mansur Marpaung (Tuanku Asahan) dan Alamsyah Dasopang (Tuanku Kotapinang) dengan tegas menyatakan tidak mau tunduk lagi kepada Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Nan Renceh, dan kemudian mendirikan kesultanan/kerajaan sendiri. Marpaung mendirikan Kesultanan Asahan dan mengangkat dirinya menjadi sultan, sedangkan Dasopang mendirikan Kerajaan Kotapinang, dan ia menjadi raja. Tuanku Rao tewas dalam pertempuran di Air Bangis pada 5 September 1821, sedangkan Tuanku Lelo (Idris Nasution) tewas dipenggal kepalanya dan kemudian tubuhnya dicincang oleh Halimah Rangkuti, salah satu tawanan yang dijadikan selirnya.

Catatan:

Tulisan ini merupakan cuplikan dari buku yang ditulis oleh Mangaradja Onggang Parlindungan Siregar, "Pongkinangolngolan Sinambela gelar Tuanku Rao, Terror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak", Penerbit Tanjung Pengharapan, Jakarta, 1964.

Tuanku Lelo/Idris Nasution adalah kakek buyut dari Mangaraja Onggang Parlindungan (hlm. 358). Dari ayahnya, Sutan Martua Raja Siregar, seorang guru sejarah, M.O. Parlindungan memperoleh warisan sejumlah catatan tangan yang merupakan hasil penelitian dari Willem Iskandar, Guru Batak, Sutan Martua Raja dan Residen Poortman. Sebenarnya ia hanya bermaksud menulis buku untuk putra-putranya. Buku tersebut memuat banyak rahasia keluarga, termasuk kebiadaban yang dilakukan oleh Tuanku Lelo tersebut.

Mayjen TNI (Purn.) T. Bonar Simatupang menilai, bahwa tulisan tersebut banyak mengandung sejarah Batak, yang perlu diketahui oleh generasi muda Batak. Parlindungan Siregar setuju untuk menerbitkan karyanya untuk publik. Parlindungan Siregar meminta T.B. Simatupang, Ali Budiarjo, SH dan dr. Wiliater Hutagalung memberi masukan-masukan dan koreksi terhadap naskah buku tersebut.

73 comments:

  1. Wah ini berdasarkan fakta sejarah kah?
    Mohon pencerahanya

    ReplyDelete
  2. Waaah artikelnya cukup membantu tuk mengenai sejarah batak dan cukup masuk akal..
    bagaimana Islamisasi di Kota barus tap-teng sekitar ??
    Jikalau ada artikel lain mohon di sahare yaaa..!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih lae. Kalau di Barus memang merupakan pintu masuk Islam di Sumatera dari pedagang-pedagang Gujarat dan Arab yang berdagang di sana.

      Delete
  3. Mungkin perlu lebih diperjelas lagi, kapan istilah BATAK itu ada di sumatera utara ini. ma kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak

      Delete
    2. Terimakasih abang. Istilah BATAK itu memang diberikan oleh orang Eropa yang berdagang di Indonesia untuk membedakan penduduk pantai yang katanya 'lebih berbudaya' (MELAYU) dengan penduduk gunung yang mereka anggap 'kurang berbudaya' (BATAK). Nah, artikel ini membahas tentang Islamisasi penduduk gunung yang saat ini dikenal dengan istilah BATAK. Begitu abang.

      Delete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. Artikel di atas sepertinya timpang, menyorot penyebaran Islamdi tanah Batak secara tidak adil, negatif melulu. Ada indikasi sepertinya penulis artikel dan penulis buku yang dijadikan acuan anti Islam

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu memang kenyataan Bahwa Penyebaran melakukan KEKERASAN karena warga pribumi menolak dan menentang hukum haram makan BABI

      Delete
    2. http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak

      Delete
    3. artikel ini memang spertinya disusupi oleh orang yg anti islam

      Delete
    4. Sudah ada penelitiannya lho abang/ kakak. Dan diakui juga oleh penduduk/ orang tua di tanah Batak. Juga bisa dicek di https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak
      khususnya bagian 'Penyebaran Agama', yaitu 'Masuknya Islam'. Jadi ketahuilah sejarahnya ya abang/ kakak. Salam.

      Delete
  6. Pantas saja kalau anti Islam, lihat saja website yg dijadikan sumber :http://www.indonesia.faithfreedom.org. website anti Islam abiss

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah ada penelitiannya lho abang/ kakak. Dan diakui juga oleh penduduk/ orang tua di tanah Batak. Juga bisa dicek di https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak
      khususnya bagian 'Penyebaran Agama', yaitu 'Masuknya Islam'. Jadi ketahuilah sejarahnya ya abang/ kakak. Salam.

      Delete
    2. Ini mmg bnar adanya...silahkan anda cek literatur lainnya...kl ada tulis dsini...ini hanya kjelekan oknum bkn agamanya..

      Delete
  7. yup...bener bgt,udah tau kan sepak terjangnya faithfreedom itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah ada penelitiannya lho abang/ kakak. Dan diakui juga oleh penduduk/ orang tua di tanah Batak. Juga bisa dicek di https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak
      khususnya bagian 'Penyebaran Agama', yaitu 'Masuknya Islam'. Jadi ketahuilah sejarahnya ya abang/ kakak. Salam.

      Delete
  8. Kisah penyerbuan Pidari (versi Batak) dalam artikel di atas sudah merupakan cerita turun-temurun pada Bangso Batak. Saya kira itu tidak mengada-ada. Mungkin juga dapat dirujuk kasusnya, bagaimana dulunya Muhammad mengislamkan negeri-negeri di Timur Tengah sana, modelnya hamir sama. Kalau tidak mau ikut Islam, yah dipenggal, kalau ikut, yah dibebaskan. Namun bagi saya yang menjadi pertanyaan, pantaskah Imam Bonjol digolongkan sebagai Pahlawan? Bukankah dia lebih cocok digolongkan sebagai PENJAHAT KEMANUSIAAN?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nenek ku bercerita ketika para penyerbu dari Bonjol datang ke batak untuk masuk islam dengan berkata haram makan babi ataupun harus sunyat yang jelas jelas mana mau di sunat atau tak makan babi yang jelas jelas mereka kabur lah ke hutan dikejar kejar yang lambat dibunuh yang ketinggalan bila tidak mau ikut islam dibunuh kalau mau ikut dibebaskan atau diperistrikan . Tetapi pun kalau penyebaran Kristen awal-awalnya pun tidak diterima dan dibunuh karena berkulit putih (dikira penyerbu dari Bonjol) itupun 1 orang gak beramai-ramai.

      Delete
    2. keterbatasan pengetahuan anda tentang islam telah membuat anda pada jalur yg salah dan keliru , islam itu tdk sprti yg anda hujatkan , Tuanku imam bojol , selain seorang pahlawan , dia juga seorang ulama yg sholeh . dia tdk pernah mengambil yg bukan miliknya , apalagi menjajah (penjahat kemanusiaan) , perlu anda ketahui orang yg pantas disebut penjahat kemanusiaan adlah para pejajah(belanda , inggris , portugis dll) yg mengeruk harta negeri ini , termasuklah didalamnya orang2 yg mengikuti menganut agama yg mereka bawa .

      Delete
    3. Bung, Perjanjian Lama memerintahkan untuk BERSUNAT -->

      Lagi Firman Allah kepada Abraham "Dari fihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun. Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu SETIAP LAKI-LAKI DI ANTARA KAMU HARUS DISUNAT. HARUSLAH DIKERAT KULIT KHITANMU DAN ITULAH AKAN MENJADI TANDA PERJANJIAN ANTARA AKU DAN KAMU (Kejadian 17 : 9-11)

      Delete
    4. Benar sekali abang. Memang itulah sejarahnya. Sudah ada penelitiannya lho abang/ kakak. Dan diakui juga oleh penduduk/ orang tua di tanah Batak. Juga bisa dicek di https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak
      khususnya bagian 'Penyebaran Agama', yaitu 'Masuknya Islam'. Jadi ketahuilah sejarahnya ya abang/ kakak. Salam.

      Delete
  9. mengarang2 tanpa dasar yg jelas nya ini...
    yang nama batak pun ntah ada ntah tidak, dan sejak kapan..?
    klo mandailing, karo memang jelas itu naskah nya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. mengarang mbah mu..arti BATAK aja ente tau gk ?

      Delete
    2. Sebagian orang Karo, Angkola, dan Mandailing tidak menyebut dirinya sebagai bagian dari suku Batak. Wacana itu muncul disebabkan karena pada umumnya kategori "Batak" dipandang rendah oleh bangsa-bangsa lain. Selain itu, perbedaan agama juga menyebabkan sebagian orang Tapanuli tidak ingin disebut sebagai Batak. Di pesisir timur laut Sumatera, khususnya di Kota Medan, perpecahan ini sangat terasa. Terutama dalam hal pemilihan pemimpin politik dan perebutan sumber-sumber ekonomi. Sumber lainnya menyatakan kata Batak ini berasal dari rencana Gubernur Jenderal Raffles yang membuat etnik Kristen yang berada antara Kesultanan Aceh dan Kerajaan Islam Minangkabau, di wilayah Barus Pedalaman, yang dinamakan Batak. Generalisasi kata Batak terhadap etnik Mandailing (Angkola) dan Karo, umumnya tak dapat diterima oleh keturunan asli wilayah itu. Demikian juga di Angkola, yang terdapat banyak pengungsi muslim yang berasal dari wilayah sekitar Danau Toba dan Samosir, akibat pelaksanaan dari pembuatan afdeeling Bataklanden oleh pemerintah Hindia Belanda, yang melarang penduduk muslim bermukim di wilayah tersebut.

      Konflik terbesar adalah pertentangan antara masyarakat bagian utara Tapanuli dengan selatan Tapanuli, mengenai identitas Batak dan Mandailing. Bagian utara menuntut identitas Batak untuk sebagain besar penduduk Tapanuli, bahkan juga wilayah-wilayah di luarnya. Sedangkan bagian selatan menolak identitas Batak, dengan bertumpu pada unsur-unsur budaya dan sumber-sumber dari Barat. Penolakan masyarakat Mandailing yang tidak ingin disebut sebagai bagian dari etnis Batak, sempat mencuat ke permukaan dalam Kasus Syarikat Tapanuli (1919-1922), Kasus Pekuburan Sungai Mati (1922),[28] dan Kasus Pembentukan Propinsi Tapanuli (2008-2009).

      Dalam sensus penduduk tahun 1930 dan 2000, pemerintah mengklasifikasikan Simalungun, Karo, Toba, Mandailing, Pakpak dan Angkola sebagai etnis Batak.[29]

      Delete
    3. Sudah ada penelitiannya lho abang/ kakak. Dan diakui juga oleh penduduk/ orang tua di tanah Batak. Juga bisa dicek di https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak
      khususnya bagian 'Penyebaran Agama', yaitu 'Masuknya Islam'. Jadi ketahuilah sejarahnya ya abang/ kakak. Salam.

      Delete
  10. Penulisan di atas jelas diambil dari Tulisan MO Parlindungan 100%, dia adalah seorang bermarga siregar dan muslim yang taat,
    yang dipublis tahun 1960an dan 1970an, tentang isi penulisan MO Parlindungan (MOP) mendapat reaksi keras dari HAMKA saat itu, namun MOP mempertahankan tulisannya berdasarkan catatan dalam keluarganya, MOP adalah turunan pelaku perang paderi di Tanah Batak, MOP adalah salah satu cicit dari Tuanku Lelo (Idris). memang jarang kita temui orang spt MOP menceritakan tindak tanduk moyangnya yang kurang terpuji, bagi anda yang berkomentar di atas cobalah baca buku MOP, baru mantap komentar anda.

    ReplyDelete
    Replies
    1. cerita dongeng sampah.... dengan pemikiran yang kerdil dan justru bersipat sara terlihat bahwa kalian memang barbar makanya sampai kapanpun yang mengaku sebagai batak-batak tidak akan mampu menjadi pemimpin di sumatera utara ini... ingat lae penduduk sumut ini udah pada cerdas...
      perlu kalian ketahui makna Batak secara etimologi (asal-usul kata) dan genealogis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ada dua lema tentang ’Batak’. Pertama, Batak berarti petualang, pengembara. Pembatak malah diberi arti perampok dan penyamun. Lema kedua, Batak disebut sebagai suku bangsa di Sumatera Utara.
      Batak bukan dari Batak, tapi dikonstruksi para musafir Barat dan dikukuhkan misionaris Jerman . Kata Batak diambil para musafir dari pedagang pesisir untuk menyebut kelompok etnik pegunungan dengan nama bata. Tapi nama yang diberikan para pedagang dan musafir ini berkonotasi negatif bahkan cenderung menghina untuk menyebut penduduk pegunungan itu sebagai kurang beradab, liar, dan tinggal di hutan. tuhkan jelas bahkan setempel kerajaan Singamangaraja bertuliskan ahu raja TOBA bukan BATAK...

      Delete
    2. Benar sekali abang. Sudah ada penelitiannya lho abang/ kakak. Dan diakui juga oleh penduduk/ orang tua di tanah Batak. Juga bisa dicek di https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak
      khususnya bagian 'Penyebaran Agama', yaitu 'Masuknya Islam'. Jadi ketahuilah sejarahnya ya abang/ kakak. Salam.

      Delete
  11. cerita SAMPAH.......
    tukang karang ceritanya sampah, dan yg lebih percaya cerita nya lebih sampah lagi....
    apa sih itu BATAK????
    memangnya ada ya suku yang namanya BATAK?
    kalau ada sejak kapan???
    mana buktinya??

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam hormat saudara , anda boleh tidak percaya pada suatu cerita sejarah , tapi jgn pernah anda meremehkan suatu golongan , suku , kelompok atau apalah sebutannya , bisa saja mereka lebih baik dari kita(anda) , tulisan anda begitu sinis terhadap batak , selain tdk baik itu bisa mengundang tanggapan yg negative bagi anda.

      Delete
    2. Sudah ada penelitiannya lho abang/ kakak. Dan diakui juga oleh penduduk/ orang tua di tanah Batak. Juga bisa dicek di https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak
      khususnya bagian 'Penyebaran Agama', yaitu 'Masuknya Islam'. Jadi ketahuilah sejarahnya ya abang/ kakak. Salam.

      Delete
    3. kamu terkejut ya....itulah cerita sebenarnya penyebaran agama islam di tanah batak....ya melalui pembantaian....bukankah sama yg dilakukan nabi mu,swaktu mnyebarkan agama islam di timteng...sama2 melalui kekerasan..........

      Delete
  12. Kalau pasukan paderi bertujuan meyebarkan Islam, lalu kenapa mereka membunuh semua orang di Muara Sipongi?
    lalu mereka meyebarkan agama kepada siapa? tumbuh- tumbuhan? lol
    your story is not make sense at all. Grow up man.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar sekali abang. Kecintaan kita kepada agama tidak akan merubah sejarah yang ada. Kalau memang kenyataannya dulu terjadi hal ini, ya itulah sejarah.

      Delete
    2. Jawabannya, karena orang Muara Sipongi tidak mau meninggalkan adat mereka. Kan pilihannya ikut Islam atau mati. Begitu bang menurut penelitian dan cerita kakek nenek.

      Delete
    3. berarti sama donk ceritanya dengan begini.......kalo mmg muhammad bertujuan menyebarkan islam,kenapa muhammad dan pasukannya membunuh orang2 qurasy mekkah,dan memaksa mereka tuk memeluk islam...lalu muhammad dan the genk,menyebarkan agama kepada siapa?tumbuh2an atau jgn2 onta2.....sudahlah bos,kalo mmg agama mu ternyata mmbawa petaka buatmu,silahkan tinggalkan aja.....

      Delete
  13. http://id.wikipedia.org/wiki/Tuanku_Rao

    ReplyDelete
    Replies
    1. Referensi ini lebih menguatkan Islamisasi hingga ke perkampungan di bibir Danau Toba ya. Terimakasih dan Salam.

      Delete
  14. Org Medan asli kan ya ? Saya mau tanya, di medan makam keramat pangger pang (kl gk salah) dimana ya ? Nama asli puyang itu nama jawa, itu makam puyang saya. Satu-satunya orang yg pernah kesana sudah pernah kesana sudah meninggal. Saya mohon bantuannya, tolong informasinya kirim ke email saya rizkiandiniamalia@ymail.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Medan itu luas kak. Semoga commenter yang tau dapat menginfokannya kepada kakak ya. Salam.

      Delete
  15. Replies
    1. Sudah ada penelitiannya lho abang/ kakak. Dan diakui juga oleh penduduk/ orang tua di tanah Batak. Juga bisa dicek di https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak
      khususnya bagian 'Penyebaran Agama', yaitu 'Masuknya Islam'. Jadi ketahuilah sejarahnya ya abang/ kakak. Salam.

      Delete
  16. Kita berbicara realistis disini, Indonesia adalah negara mayoritas muslim,dan kalian yang non muslim bisa hidup berdampingan,menikmati pendidikan dan beribadah tanpa ada rasa diskriminasi,
    Bandingkan dengan negara mayoritas non muslim, mereka diasingkan,didikriminasi,dan di intimidasi, apa kah kalian yang non muslim tidak merasa beruntung hidup di negara muslim, bayangkan kalian dibuat seperti itu, itu semua krna muslim mempunyai toleransi tinggi,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lalu, apakah hal itu akan mengubah sejarah penyebaran Islam di Tanah Batak yang memang dulu penuh kekerasan? Indonesia ini juga dibangun oleh penduduk Kristen, Katolik, Budha dan Hindu lho. Ingat itu. Apa yang terjadi jika penduduk Muslim diusir dari Bali, NTT atau Papua? Penduduk Hindu, Katolik dan Kristen tersebut juga bertoleransi kan? Jangan pakai istilah mayoritas dan minoritas di Indonesia ini, karena di UUD itu tidak ada. Semua agama itu sama kedudukannya. Ini Indonesia.

      Delete
    2. Kau otak taruh didengkul ya..itu knyataan bkn cm sejarah..kau tanya pada org tua smua marga di daerah bakkara sidempuan...bgaimana tuanku rao alias si pokki mluluh lantakan kampung nenek moyangnya sendiri krn dendam...kau siapa!nama kau aja jawa

      Delete
  17. Di Indonesia ini, agama kristen dan islam adalah agama import yg datang dari barat dan arab. masuk dgn cara dagang dan perang. sepertinya pedagang arablah terlebih dahulu masuk disusul pedagang barat. habis berdagang dilanjut dgn perang. Sebelumnya Indonesia sendiri masyarakatnya sdh memliki kearifan, kepercayaannya, seperti hindu dan budha serta kepercayaan lainnya. jadi janganlah selalu mengklaim agama karna mayoritas yg minoritas adalah bukan siapa2. ini bukan di arab yg memang mayoritas orang arab, ini juga bukan di barat yg mayoritas orang barat. ini di Indonesia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali. Setuju kakak/ abang. Indonesia ini juga dibangun oleh penduduk Kristen, Katolik, Budha dan Hindu lho. Ingat itu. Apa yang terjadi jika penduduk Muslim diusir dari Bali, NTT atau Papua? Penduduk Hindu, Katolik dan Kristen tersebut juga bertoleransi kan? Jangan pakai istilah mayoritas dan minoritas di Indonesia ini, karena di UUD itu tidak ada. Semua agama itu sama kedudukannya. Ini Indonesia.

      Delete
  18. Saya mau koreksi sedikit, kalau kaum paderi di minangkabau itu BERMAZHAB SYAFII bukan HAMBALI.

    Secara akidah memang terpengaruh WAHABI, tapi secara fikih adalah mazhab Syafii's seperti umumnya masyarakat Islam lain di Indonesia.

    Artikel ini mengambil rujukan dari buku yang mengupas tentang Tuanku Rao "Teror Agama Islam Mazhab Hambali Di Tanah Batak" yang ditulis oleh Mangaradja Onggang Parlindungan (MOP). Buku ini sudah dibantah oleh Buya Hamka dgn judul "Tuanku Rao Antara Fakta dan Mitos". Buya Hamka menyebut 80 persen isi buku itu adalah tidak benar.

    Saya sendiri kurang paham sejarah di Batak sana, cmn sekilas membaca artikel ini, ada beberpa kesalahan yang langsung bisa saya temukan , di antaranya :

    1. "Haji Piobang dan Haji Sumanik pernah menjadi pewira di pasukan kavaleri Janitsar Turki". Tahukah anda Turki Usmani sendiri berperang dengan Kaum Wahabi, jadi bagaimana bisa seorang perwira dari pasukan elit Janisarri memiliki faham Wahabi ??

    2. "Pada waktu itu, tiga orang tokoh Islam Mazhab Hambali, yaitu Haji Miskin, Haji Piobang dan Haji Sumanik baru kembali dari Mekkah dan sedang melakukan penyebaran Mazhab Hambali di Minangkabau, yang menganut aliran Syi'ah". Masyarakat Minangkabau adalah BERMAZHAB SYAFI'I seperti umumnya Masyarakat Islam di Indonesia, dan sampai sekarang pun bermazhab Syafi'i

    Selain itu saya temukan banyak klaim sejarah sepihak. Apakah betul silsilah Tuanku Rao seperti itu? Apakah sebegitu gampangnya seseorang menjadi FAKIH/AHLI dalam perkara akidah dan bermanhaj WAHABI sebagaimana Tuanku Rao digambarkan dalam artikel ini?

    Kesimpulannya adalah buku ttg Tuanku Rao karya MOP ini memang masih perlu dikaji lagi kebenarannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cerita-serita dan pengalaman kakek nenek kami dulu ini memang benar adanya dan dibukukan oleh MOP juga sudah diteliti oleh beberapa peneliti. Tetapi memang perlu dikaji lebih dalam lagi.

      Delete
  19. Menurut saya ini Musatahil dan Penuh Fitnah .. terhadap Ulama Ulama kita..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah ada penelitiannya lho abang/ kakak. Dan diakui juga oleh penduduk/ orang tua di tanah Batak. Juga bisa dicek di https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak
      khususnya bagian 'Penyebaran Agama', yaitu 'Masuknya Islam'. Jadi ketahuilah sejarahnya ya abang/ kakak. Salam.

      Delete
  20. ahhh sampah yang posting artikel murahan ini... dah jelas-jelas di alkitab ada larangan makan BABI dan anak laki2 harus disunat.. memang dasar sirakus... babi binatang menjijikkan itu lebih menggairahkan buat nya dari pada selamat diakhirat... maka nya Lae.. ikutilah agama Yesus dari tanah nazaret (Nasarah) bukan ajaran si Paulus yang datang mengaku2 sebagai rasul... padahal Yesus telah lama mati ... akal pake Lae.. jangan B1 dan B2 aja kau santap.. rusak otak kau jadi nya ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makanya lae, mempelajari Yesus Kristus dan Alkitab itu jangan setengah-setengah, Tuhan Yesus berkata dalam Kitab Matius (Tulisan Rasul Matius, bukan Paulus), "Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." juga dalam ayat Alkitab lainnya Yer 30:1-2.12-15.18-22; Mzm 102:16-18.19-21.29.22-23; Mat 15:1-2, 10-14. Silakan dibaca dan semoga Tuhan Yesus memilih kamu dan memberi hidayah. Horas Lae.

      Delete
    2. Mkn babi atau anjing tdk ada sangkut pautnya dgn sejarah ini..bahwa tuanku rao adalah org batak yg lari ke tanah minang dan kmbali k bakkara untuk mmbalas dendam

      Delete
  21. ahhh sampah yang posting artikel murahan ini... dah jelas-jelas di alkitab ada larangan makan BABI dan anak laki2 harus disunat.. memang dasar sirakus... babi binatang menjijikkan itu lebih menggairahkan buat nya dari pada selamat diakhirat... maka nya Lae.. ikutilah agama Yesus dari tanah nazaret (Nasarah) bukan ajaran si Paulus yang datang mengaku2 sebagai rasul... padahal Yesus telah lama mati ... akal pake Lae.. jangan B1 dan B2 aja kau santap.. rusak otak kau jadi nya ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makanya lae, mempelajari Yesus Kristus dan Alkitab itu jangan setengah-setengah, Tuhan Yesus berkata dalam Kitab Matius (Tulisan Rasul Matius, bukan Paulus), "Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." juga dalam ayat Alkitab lainnya Yer 30:1-2.12-15.18-22; Mzm 102:16-18.19-21.29.22-23; Mat 15:1-2, 10-14. Silakan dibaca dan semoga Tuhan Yesus memilih kamu dan memberi hidayah. Horas Lae.

      Delete
  22. sebetulnya,cerita masuknya islam ke tanah batak dengan cara kekerasan,sama dengan cerita penyebaran islam yg dilakukan muhammad di timteng....mmg utk muslim,ini mngkin pukulan telak,dimana selama ini mereka hanya tau,islam disebarkan dengan damai.....dan ternyata itu smua omong kosong....

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini lah kalo anak paok tapi sok pintar. saat nabi muhammad menyebarkan islam, ditentang dan diperangi sama kafir quraisy. ya diperangi balik la. masa diem bae. bukan nya mereka dipaksa masuk islam kalau gak mau terus dibantai. kau aja belajar sejarah ttg yesus kau belum tamat. udah soksok an negabahas nabi muhammad

      Delete
  23. Tolongbposting tarombo dasopang lae

    ReplyDelete
  24. Tolongbposting tarombo dasopang lae

    ReplyDelete
  25. Bila cuma mendengar cerita ke cerita hasilnya takkan sama lae..
    Bila ini cerita saya mau komentar cerita jugalah y lae.. begini, menurut cerita diatas saya ambil sedikit kesimpulan. Bahwa Tuanku Rao sudah berniat balas dendam sebelum dia menganut islam. Karna seluruh keluarganya dulunya diburu & meninggalkan keluarga serta harta (haha halus betul) oleh pasukan Raja Oloan. Berarti Lae menurutku itu bukanlah karna agama melainkan atas nama dendam marga siregar kaum sendiri. Sangat tidak tepat judul diatas dengan isinya. Bila menulis sejarah ingin diakui jauhkan kita penulis mengandung unsur. Semoga jadi bahan pertimbangan. Terimakasih Lae..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju,kisah tuanku rao hampir sama dengan kisah draculea vlad teves sama 2 mendompleng agama agar mendapat dukungan pasukan buat balas dendam

      Delete
    2. Setuju,kisah tuanku rao hampir sama dengan kisah draculea vlad teves sama 2 mendompleng agama agar mendapat dukungan pasukan buat balas dendam

      Delete
  26. Orang pada komentar buruk tentang tulisan anda karena judul "Sejarah Islam di tanah Batak", dan isinya sangat memojokan agama tertentu, dan penulis bilang sudah memalui penelitian. disadari atau tidak penulis sudah memancing perdebatan tentang sara.. semoga saja yang baca tulisan tersebut tidak terpancing yang berakibat akan berdampak buruk terhadap toleransi beragama di Indonesia, dan untuk yang menulis cobalah lebih berhati hati...kita jaga kerukunan beragama di NKRI

    ReplyDelete
  27. Batak itu penamaan dari Belanda dan baru ada pada zaman belanda, yaitu penamaan khusus pengikut kristen dari danau toba daerah penginjilan Belanda. Jadi kalau dari karo atau toba yang mengaku batak tapi muslim itu berarti dia salah menyebut batak. karo/toba muslim itu bukan batak, tapi bisa disebut ras karo/toba. Makanya kami masyarakat toba menyebut "dalle" atau dalam arti lain seperti batak palsu. Baik kepada yang mengaku maupun yang tidak mengaku batak, bila ia menggunakan marga yang mirip marga kami

    ReplyDelete
  28. saya sudah menyimpan buku Tuan Ku Rao yang ditulis Mangaraja Onggang parlindungan siregar selama lebih kurang 12 , dan sudah berulang ulang membacanya serta saya faham betul alur pemikiran penulis tersebut, onggang ingin menyampaikan pesan kepada pembaca 1. bahwa Bukan Tuanku Rao yang membunu Sisinga Mangaraja X sebagai mana yang berkembang di tanah batak, karena serangan ke Toba tampa sepengetahuan Tuan Ku Rao 2 . Tuanku lelo sebagai orang batak muallaf ( baru masuk Islam ) bermaksud hanya untuk kepentingan balas dendam Keturunan . Mental Tuan Ku Lelo Memang mental yang sangat bejad dan tidak berkemanusiaan .Keluarga Pagaruyung Dibantai dengan sadis dan para perempuan di perkosa dan di bunuh serta istana Pagaruyung di bakar hingga datar dengan tanah sementara keluarga Pagaruyung sudah skian lama ber agama Islam , tuan ku lelo ini bukan lah type seorang Muslim tapi adalah manusia Bar - bar di dalam islam sudah di tanamkan bahwa " sesungguhnya semua Muslim itu bersaudara " . 3 tulisan ini banyak yang tidak sesuai dengan tulisan buku Tuan Ku Rao yang ditulis oleh Mangaraja Onggang parlindungan siregar dan referensi anda banyak berasal dari NINNA TU NINNA . karena saya juga Orang Batak dan tinggal ditanah batak sampai hari ini agar dalam penulisan tidak minyinggung agama lain saya siap memberi anda data pembanding terima kasih .. Oiiiii Dusanak.. Horass .

    ReplyDelete
  29. kami mngerti dengan alur sejarah artikel anda....krna anda mngambil sumber dari

    http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=4737

    jdi sebuah kewajaran klw hasilnya seperti ini

    ReplyDelete
  30. Kaya hidup dizaman itu ajah kau bahhhhh

    ReplyDelete
  31. Bersama Kami Agen Tembak Ikan Online Terbesar & Terpercaya!
    Dapatkan Bonus Cashback 5% - 10% / Bonus New Member 10%
    Hanya Minimal Deposit IDR 50.000,- Menangkan Jackpot Jutaan Rupiah..
    Yuk Gabung Bersama Bolavita Di Website www. bolavita .site
    Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
    BBM: BOLAVITA
    WeChat: BOLAVITA
    WA: +628122222995
    Line : cs_bolavita

    ReplyDelete
  32. Sejarah sepahit apapun tetap sejarah, yg penting ambil hikmahnya dan jangan sekali kali lupa akan sejarah.

    ReplyDelete
  33. Ngarang parah...asli...Wiki yang menganjur kan orang2 seperti kamu... karna orang Batak asli terlalu repot untuk melakukan kekepoan seperti mu...RUBAH2 AJA KAU...PANTAS KAH DI PANGGIL LAE ? TAHU GULUNGAN PASUMAPAN BATAK? KAPOK KAU HANYA TAHU DARI MULUT KE MULUT DAN TIDAK BISA BUKTIKAN GULUNGAN SEJARAH..HADUH..DANG ADONG HIKMAT KAU..OPUNG KU SUDAH UMUR 105 NGAMUK SAYA BACAKAN SEJARAH YANG KAU TULIS DAN NGAMBIL SUMBER KREMONIS

    ReplyDelete