BATAK MANDAILING PEOPLE
By: Wendy Hutahaean
Batak Mandailing people or sometimes called Mandailing people is a Batak ethnic that live in Kabupaten Mandailing Natal. Eventhough most anthropologist classified Batak Mandailing as part of Batak, some Minangkabau people claim that Mandailing as part of Minangkabau ethnic. It is because they have one marga (suku) name Mandaihiliang that live near North Sumatera Province. However, the physical appearances, cultures, costumes and language of Batak Mandailing is closer to Batak Angkola dan Batak Toba than Minangkabau. In fact, marga Mandaihiliang in Minangkabau land was Batak Mandailing people who came to that land during Paderi War, left their Batak cultures and became the people of Minangkabau.
Traditional Clothes of Batak Mandailing |
A. The Land
The land of Batak Mandailing people covered some districts (kecamatan) in Kabupaten Mandailing Natal, which are:
1.
Kecamatan
Batang Natal, capital in Muara Soma
2.
Kecamatan
Tambangan, capital in Laru
3.
Kecamatan
Bukit Malintang, capital in Malintang
4.
Kecamatan
Kotanopan, capital in Kota Nopan
5.
Kecamatan
Lembah Sorik Marapi, capital in Pasar Maga
6.
Kecamatan
Muarasipongi, capital in Muara Sipongi
7.
Kecamatan
Naga Juang, capital in Tambiski
8.
Kecamatan
Panyabungan Kota, capital in Panyabungan
9.
Kecamatan
Panyabungan Barat, capital in Longat
10.
Kecamatan
Panyabungan Selatan, capital in Tano Bato
11.
Kecamatan
Panyabungan Timur, capital in Gunung Baringin
12.
Kecamatan
Panyabungan Utara, capital in Mompang
13.
Kecamatan
Siabu, capital in Siabu
14.
Kecamatan
Ulu Pungkut, capital in Hutanagodang
15.
Kecamatan
Pakantan, capital in Pakantan
16.
Kecamatan
Puncak Sorik Marapi, capital in Sibanggor
Besides those districts they also live in some districts where Batak Pasisi Natal majority occupied. The districts are:
1.
Kecamatan
Batahan, capital in Pasar Batahan
2.
Kecamatan
Lingga Bayu, capital in Simpang Gambir
3.
Kecamatan
Muara Batang Gadis, capital in Singkuang
4.
Kecamatan
Natal, capital in Natal
5.
Kecamatan
Ranto Baek, capital in Manisak
6.
Kecamatan
Sinunukan, capital in Sinunukan
Batak Mandailing
people are related to Batak Angkola, Batak Padanglawas, Batak Padangbolak,
Batak Pasisi Natal, Batak Rao and Batak Rokan because they were in a same regency
of South Tapanuli. Some Batak Mandailing people has the same ancestor to Batak
Toba and Batak Angkola. For example, Nasution in Batak Toba and Batak
Mandailing come from the same ancestor. Siregar in Batak Mandailing and Batak
Humbang also come from the same ancestor. There are another ancestor similarity
among those Batak ethnics.
B. Marga
Batak Mandailing
people have "marga" that shows the identity of their
original ancestor or family. This familiy name is derived from father
lineage (patrilineal) that will be continued to his male descent continiously.
Female descent will follow the family name of her husband after mariage. The
example of marga in Batak Mandailing that live in Mandailing Natal are:
1. Marga Nasution, from Panyabungan
2. Marga Pulungan, from Hutabargot
3. Marga Lubis, from Kotanopan
4. Marga Batubara, from Ulu Pungkut (Simpang Banyak)
5. Marga Rangkuti, from Panyabungan Barat (Runding)
Ada
versi lain yang menceritakan, bahwa dahulu di wilayah Mandailing ini
ada sebuah kerajaan dari India bernama Kerajaan Holing atau Kalingga
sekitar abad 12 Masehi. Istilah "Mandailing", dihubungkan-hubungkan
dengan kata Mandala dan Holing. Kerajaan India ini telah berdiri sekian
lama dan telah membentuk koloni yang berbaur dengan penduduk setempat,
pemukiman dan pendudukan kerajaan ini diperkirakan terbentang dari
Portibi hingga Pidoli. Wilayah pendudukan Kerajaan Holing ini disebut
sebagai Tanah Mandala Holing, yang akhirnya menjadi Mandailing. Setelah
sekian lama di tempat ini dan terjadi pembauran dengan penduduk
setempat, terbentuklah suatu komunitas yang disebut suku Mandailing.
C. Language
Batak Toba language with Toba Holbung dialect is the language spoken by Batak Toba people in Kabupaten Toba Samosir. Batak Toba language is also spoken by Batak Samosir, Humbang, Silindung, and Sibolga with some different dialect. Batak Toba language is related to Batak Mandailing/ Angkola language that is spoken by Batak Mandailing and Batak Angkola people in the southern Tapanuli. Those two languages basically are similar with some different in dialect because of the separation of the regencies long time ago. Batak Simalungun language is also related to Batak Toba language.
Pada adat istiadat suku Mandailing semuanya tertulis dan diatur dalam Surat Tumbaga Holing (Serat Tembaga Kalinga). Aksara Tulak-Tulak, suatu aksara yang terpelihara dalam masyarakat Mandailing, yang merupakan varian dari aksara Proto-Sumatera, yang berasal dari huruf Pallawa, Suku Mandailing mempunyai aksara yang dinamakan urup tulak-tulak dan dipergunakan untuk menulis kitab-kitab kuno yang disebut pustaha (pustaka). Hal ini sama dengan suku-suku Batak lainnya yang juga memiliki aksara sendiri. Hal ini berbeda dengan suku Minangkabau yang tidak memiliki aksara. Aksara yang disebut pustaha ini banyak berisi catatan pengobatan tradisional, ilmu-ilmu gaib, ramalan-ramalan tentang waktu yang baik dan buruk serta ramalan mimpi.
Batak Toba language with Toba Holbung dialect is the language spoken by Batak Toba people in Kabupaten Toba Samosir. Batak Toba language is also spoken by Batak Samosir, Humbang, Silindung, and Sibolga with some different dialect. Batak Toba language is related to Batak Mandailing/ Angkola language that is spoken by Batak Mandailing and Batak Angkola people in the southern Tapanuli. Those two languages basically are similar with some different in dialect because of the separation of the regencies long time ago. Batak Simalungun language is also related to Batak Toba language.
Pada adat istiadat suku Mandailing semuanya tertulis dan diatur dalam Surat Tumbaga Holing (Serat Tembaga Kalinga). Aksara Tulak-Tulak, suatu aksara yang terpelihara dalam masyarakat Mandailing, yang merupakan varian dari aksara Proto-Sumatera, yang berasal dari huruf Pallawa, Suku Mandailing mempunyai aksara yang dinamakan urup tulak-tulak dan dipergunakan untuk menulis kitab-kitab kuno yang disebut pustaha (pustaka). Hal ini sama dengan suku-suku Batak lainnya yang juga memiliki aksara sendiri. Hal ini berbeda dengan suku Minangkabau yang tidak memiliki aksara. Aksara yang disebut pustaha ini banyak berisi catatan pengobatan tradisional, ilmu-ilmu gaib, ramalan-ramalan tentang waktu yang baik dan buruk serta ramalan mimpi.
Traditional Dance of Batak Mandailing |
The habbit of roaming all over the world is popular among Batak Mandailing people. Because of the habbit, Batak Mandailing people is well known everywhere. The term of "Horas", a greetings from Batak Toba, Samosir, Humbang, Silindung, Sibolga, Angkola, Mandailing and Simalungun is also popular to greet all Batak people. Batak Mandailing people is spreading all over Indonesia and Worldwide.
D. Religion
Suku Mandailing secara mayoritas memeluk agama Islam, yang dibawa oleh pasukan Paderi dari Minangkabau yang mengislamkan Tanah Batak di bagian Selatan. Wilayah Mandailing pada masa lalu diserang pasukan Paderi yang menginvasi wilayah Mandailing yang hidup sebagai petani. Akibat dari serangan pasukan Paderi Minangkabau ini, sebagian masyarakat Mandailing melarikan diri menyeberang ke wilayah Malaysia untuk menyelamatkan diri, dan yang bertahan harus tunduk di bawah kekuasaan pasukan Paderi yang demi mempertahankan hidup, mereka memeluk agama Islam. Hanya sebagian kecil yang bertahan di wilayah tersebut yang tetap mempertahankan agama asli mereka seperti pelbegu dan malim, yang pada akhirnya, para misionaris Belanda datang dan menyebarkan agama Kristen di kalangan mereka.
Most Batak Mandailing people is Islam. Paderi Squads invaded Mandailing area during Paderi War and forced them to convert to Islam. In order to survive, some Batak Mandailing people migrate to Malaysia but others stood and
The religion of Batak mostly Christian that introduced by German Missionarist, IL Nomensen hundred years ago. The biggest Christian church in the world, HKBP (Huria Kristen Batak Protestant) comes from this area. There are only few people of Malim and Parbegu as the traditional Batak religion. Besides that, there are also few number of Islam from interracial marriage.
Batak Mandailing Church |
Dalam sistem kekerabatan suku Mandailing, menganut paham partrilineal, yaitu anak mewarisi marga sang ayah, tetapi belakangan ini beberapa mulai ada yang menjalankan pahan matrilineal, yaitu sang anak mewarisi marga sang ibu. Apa yang terjadi pada suku Mandailing ini sungguh unik, karena dalam kehidupan keseharian mereka, sang anak diberi kebebasan ingin memilih marga sang ayah atau sang ibu. Tetapi suatu adat lama yang masih dipegang teguh oleh mereka adalah adat Dalihan Na Tolu yang mengatur berbagai tata cara adat istiadat suku Mandailing. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Mandailing, hidup sebagai petani di ladang, dan bercocok tanam berbagai tanaman seperti sayuran, serta tanaman keras, seperti kopi arabica, karet dan lain-lain.
Basically, Batak Toba People live as farmer and fisherman, especially for people who lives around Toba Lake coast. Nowadays, they also work in different types job such as merchandise, office jobs, in private and public sector. There are a lot of Batak Toba People who become successful person in foreign country such as having an important position in government and having a successful business.
Refference:
3.
http://protomalayans.blogspot.com/2012/07/suku-batak-mandailing.html
Batak Mandailing Song - Sitogol Mandailing
Batak Mandailing Dance - Tortor Sambilan
No comments:
Post a Comment