Pemekaran Kabupaten Tapanuli TengahFeatured Post

Wednesday, 27 February 2013

Dialek Bahasa Batak Toba


DIALEK BAHASA BATAK TOBA
By: Wendy Hutahaean


Pembinaan dan pembangunan kebudayaan nasional dalambidang kebahasaan dan kesastraan merupakan salah satu masalah kebudayaan nasional yang perlu di bahas dan disosialisasikan dengan sungguh-sungguhdan berencana, sehingga tujuan akhir pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, termasuk sastranya dapat tercapai Sebagaimana kita ketahui Budaya bangsa Indonesia cukup kaya dan beragam terutama dalam sastra dan bahasanya.

Van der tuuk telah menulis tentang Tata bahasa Batak Toba dan kamus Bahasa Batak Toba, seabad yang lalu dalam bukunya "A Grammar of Toba Batak", disusul William K.Percival juga menyusun buku nama nya sama denga tulisan Van der tuuk "A Grammar of Batak Toba" pada tahun 1964, dan kemudian penelitian-penelitian oleh P.W.J.Nababan dengan bukunya berjudul "Toba Batak a Grammatical Description pada tahun 1966, dan banyak lagi tokoh-tokoh penulis dan peneliti Batak dan yang orang asing yang mencintai budaya Batak. Namun didalam pensosialisasian sangatlah minim, meskipun didalam pemerintahan ada suatu lembaga yang menangani masalah kebudayaan.

A. Penggunaan Bahasa Batak Toba

Dalam kenyataan dapat peroleh gambaran bahwa jumlah dialek yang terdapat dalam bahasa Batak Toba cukup beragam. Peranan dan Kedudukan Bahasa bagai Orang Batak toba sangatlah komunikatif terutama dalam bahasa pargaulan sehari-hari dan upacara adat, maksudnya didalam pembicaraan sehari hari atau pembicaraan upacara adat sesama orang batak, sangatlah terasa kekeluargaan kalau mereka memakai bahasa Batak, sesuai dengan prinsip "Dalihan Natolu".

1. Bahasa Batak Toba dalam Upacara Adat

Dalam penggunaan bahasa pada masyarakat Batak umumnya dan Batak Toba Khususnya, akan terlihat keindahan penyajiaan bahasa tersebut, unsur-unsur sastranya akan lebih menonjol, setiap perkataan selalu diselingi dengan umpama (pepatah) danumpasa (pantun), dan disajikan penuh dengan tata kerama (Dalihan Natolu)

2. Bahasa Batak Toba dalam pergaulan sehari-hari

Bahasa BAtak Toba dalam kesehariannya sangatlah fungsional. Pemakaiannya meliputi lingkungan yang sangat luas, hampir disemua tempat dan situasi. Penggunaan Bahsa dalam pergaulan sehari-hari tidaklah sekaku dalam pemakaian dalam Upacara Adat istiadat. Saya katakan kaku, banyak yang pintar berbicara bahasa batak toba belum tentu dapat berbicara di forum upacara adat.

B. Sastra Batak

Sastra Batak terdiri dari sastra Tulisan dan sastra lisan. Yang termasuk sastra Lisan adalah pemakaian bahasa yang bersifat puitis hal ini dapat ditemui dalam upacara Adat: Perkawinan, kematian memindahkan tulang belulang leluhur, dll. Dimana akan ditemui kata-kata dalam kalimat yang sangat puitis, didalam meratapi orang meninggal dia akan berkisah dengan kata-kata yang membuat orang terhanyut sedih karenanya. Juga Umpa dan umpasa akan ditemui disetiap acara adat sebagai contoh;

1. Umpama

" tedek songon indahan dibalanga"
artinya seperti nasi dalam kuali, maksudnya adalah bahwa semua yang telah diutarakan tidak adalagi yang tersembunyi

2. Umpasa:

“Margondang sitidaon, mangan hoda sigapiton. Tu jolo nilangkahon, tupudi sinarihon”.
artinya :Bergendang sitidaon,makan kuda sigapiton, Melangkah kedepan, kebelakang dipikirkan"

3. Mantera:

"Tul tanjung holi ampe tu bulung bira, bisa ni tano bisa ni langit toh,lah,lah,lah,lah,lah,lah"
artinya: Luka pada tulang-tulang ditimpa kedaun talas,bisa tanah,bisa langit menjadi hilang,berkat Allah"

4. Tonggo-tonggo:

Tonggo-tonggo adalah Mantera memanggil arwah nenek moyang untuk meminta berkat dan restu, menunjukkan kebenaran dan arti dari suatu kejadian.

"Hujou,hutonggo hupangalu-alui, sahala ni daompung boru Saniang naga, saniang naga tunggal, saniang naga jae, saniang naga di julu, partintinnaruminis, parsanggul na lumobi,...tumpak ma hami horas,maduma jala gabe"
artinya: " KAmi memanggil, mengundang, dan menjemput semangat dan arwah nenek boru saniang naga(dewa danau toba dan pengairan), saniang naga yang tunggal, saniang naga yang yang berada di hilir dan dihulu yang bercincin banyak dan berkode rapi, berkatilah kami selamat dan bahagia."

5. Andung-andung

Andung-andung (bahasa ratapan , bentuk ini dipakai pada waktumeratapi orang yang meninggal.Kata-kata yang dipergunakan lain dari yang dipakai sehari-hari.

Kata anak disebut menjadi Sinuan tunas artinya Putra
---- boru ---------------- Sinuan beu artinya  Putri
---- amang -------------- Parsinuan artinya Ayah
---- inang -------------- Pangintubu artinya Ibu

Di sisi lain, Sastra tertulis itu adalah berupa ilmu perbintangan atau astronomi, Tarombo (silsilah), ramuan pengobatan tradisional, turi-tirian (cerita dongeng mitos), tulisan tersebut ditulis dengan aksara Batak.

C. Dialek

Yang dimaksud dengan dialek adalah ditandai dengan ciri-ciri khas dalam tata bunyi, kata-kata, ungkapan-ungkapan dan lain-lain. Bahasa adalah rangkaian tutur kata , mangandung makna yang dapat dipahami oleh penuturnya, sedangkan dialek merupakan varian suatu bahasa. Dialek dalam fungsinya ditengah masyarakat merupakan bahasa setempat, dialek yang merupakan bahasa setempat itu bersifat turun temurun. Dialek ini terjadi karena adanya isolasi alami dalam jangka waktu yang lama.

Dialek Bahasa Batak Toba dapat dibagi 5 dialek yaitu : 

1. Dialek Silindung.

Dipergunakan diwilayah : Kecamatan Tarutung, Sipoholon ,Pahae Julu,Pahae JAe, Sipahutar, Pangaribuan dan GAroga. Sedang di Adiankoting dipergunakan dialek Sibolga.

2. Dialek Humbang.

Dipergunakan oleh wilayah Siborong-borong, Dolok sanggul, Lintong ni huta, Muara, Parmonangan, dan Onan Ganjang.Sedangkan di Parlilitan dan Pakkat sebagian mempergunakan bahasa pakpak dairi dan sebagian lagi mempergunakan dialek humbang.

3. Dialek Toba.

Dipergunakan diwilayah Toba: Balige, Laguboti, Porsea, Lumbanjulu, Silaen, dan Parsoburan.

4. Dialek Samosir.

Dipergunakan di wilayah Samosir yaitu: Palipi, Pangururan, Onan Runggu, Simanindo, dan Harian.

5. Dialek Sibolga.

Dipergunakan di Sibolga dan sebagian wilayah Silindung.

Traditional Clotes of Batak Toba

D. Perbedaan-Perbedaan dialek:

1. Perbedaan Fonologis

Kata "amang, Among, Apang"= Ayah. Amang (dialek Silindung, dan Humbang), Among (dialek Toba, dan Samosir), Apang (dialek Sibolga).
"Inang, Inong" = Ibu. Inang (dialek Silindung, Humbang, dan Sibolga), Inong (dialek Toba, dan Samosir).
"Tu, Hu"= Ke. Tu (dialek Silindung, Humbang, Toba, dan Sibolga). Hu (dialek Samosir).

Pada dialek humbang konsonan /r/sebagai apiko alveolar diucapkan menjadi [R] velar. Jadi konsonan /r/ itu lebih dekat kepada /g/ dan /h/, yaitu dibentuk pada rongga tekak misalnya (disaRat-saRat? uRsa ReRe tu RuRa, dari contoh itu tampak bahwa perbedaan fonologis itu dapat terjadi, baik pada vokal maupun konsonan.

2. Perbedaan lafal (ucapan)

Perbedaan itu berada pada bahasa, ,lafal dialek Silindung dan Sibolga halus dan lembut, Lafal dialek Humbang agak halus, Lafal dialek Toba dan Samosir agak keras.

3. Perbedaan Semantis (menurut ilmu arti kata)

Kata ”Lae” /ipar dipergunakan pada dialek Silindung, Toba, Samosir, dan Sibolga, sedangkan pada dialek Humbang kata Lae berarti saudara perempuan ayah.

Untuk panggilan pada anak saudara laki-laki ibu pada dialek Toba dan Samosir disebut ”Opung”, sedangkan di Humbang, Silindung dan Sibolga untuk anak saudara laki-laki ibu dipakai kata ”Tunggane”.Disamping itu kata tunggane dipakai juga untuk mengatakan saudara laki-laki istri.

Untuk mengatak ” belum lagi” pada dialek Toba, Silindungdan Sibolga dipergunakan kata ”ndang do pe”, pada dialek Humbang dipergunakan kata ”ndang kede”, dan pada dialek Samosir dipergunakan kata ”ndang poso” atau ” ndang koso”.

Kata ”Puang” panggilan kepada orang kedua yang menunjukkan hubungan akrab, dipergunakan pada dialek Silindung,Sibolga dan Humbang, sedangkan pada dialek Toba dipergunakan kata ”kedan” dan puan. Pada dialek Samosir kata kedua ini dianggap kasar, hanya dipergunakan kepada orang kedua yang statusnya jauh lebih rendah daripada kita.

E. Watas Isoglos diantara dialek-dialek Bahasa Batak Toba

Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa Isoglos( kesamaan dialek), garis watasvkata hádala garis yang memisahkan setiapgejala bahasa dari dua lingkungan kata atau bahasa berdasarkan wujud atau sistem kedua lingkungan itu yang berbeda, yang dinyatakan pada peta bahasa. Garis watas kata itu Madang-kadang juga disebut heteroglos. Oleh karena itu untuk memperoleh gambaran yang benar mengenai batas-batas dialek, harus dibuat watas kata yang menerangkum segala segi kebahasan dari hal-hal yang diperkirakan akan memberikan hasil yang memuaskan.

Dari garis watas kataitu akan terlihat bahtidakakan adasatupun diantara anasir yang memberikan garis yang benar-benar sama sehingga akan selalu terdapat beberapa perbedaan. Walaupundemikian pada garis besarnya akan terlihat adanya suatu irama atau gerak garis itu yang sama sehingga dapat diperkirakan dimana batas-batas dialek yang dimaksud itu. Dalam bahasa Toba watas kata diantara dialek-dialek itu dapat dilihat pada peta berikut ini.”

No comments:

Post a Comment