DIALEK BAHASA BATAK
TOBA
By: Wendy Hutahaean
Pembinaan dan pembangunan kebudayaan nasional dalambidang kebahasaan dan kesastraan merupakan salah satu masalah kebudayaan nasional yang perlu di bahas dan disosialisasikan dengan sungguh-sungguhdan berencana, sehingga tujuan akhir pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, termasuk sastranya dapat tercapai Sebagaimana kita ketahui Budaya bangsa Indonesia cukup kaya dan beragam terutama dalam sastra dan bahasanya.
Van der tuuk telah menulis tentang Tata bahasa Batak Toba dan kamus
Bahasa Batak Toba, seabad yang lalu dalam bukunya "A Grammar of Toba
Batak", disusul William K.Percival juga menyusun buku
nama nya sama denga tulisan Van der tuuk "A Grammar of Batak Toba"
pada tahun 1964, dan kemudian penelitian-penelitian oleh P.W.J.Nababan dengan
bukunya berjudul "Toba Batak a Grammatical Description pada tahun 1966,
dan banyak lagi tokoh-tokoh penulis dan peneliti Batak dan yang orang asing
yang mencintai budaya Batak. Namun didalam pensosialisasian sangatlah minim,
meskipun didalam pemerintahan ada suatu lembaga yang menangani masalah
kebudayaan.
A. Penggunaan Bahasa
Batak Toba
Dalam kenyataan dapat peroleh gambaran bahwa jumlah dialek yang terdapat dalam bahasa Batak Toba cukup beragam. Peranan dan Kedudukan Bahasa bagai Orang Batak toba sangatlah komunikatif terutama dalam bahasa pargaulan sehari-hari dan upacara adat, maksudnya didalam pembicaraan sehari hari atau pembicaraan upacara adat sesama orang batak, sangatlah terasa kekeluargaan kalau mereka memakai bahasa Batak, sesuai dengan prinsip "Dalihan Natolu".
1. Bahasa Batak Toba dalam Upacara Adat
Dalam penggunaan
bahasa pada masyarakat Batak umumnya dan Batak Toba Khususnya, akan
terlihat keindahan penyajiaan bahasa tersebut, unsur-unsur sastranya akan
lebih menonjol, setiap perkataan selalu diselingi
dengan umpama (pepatah) danumpasa (pantun), dan disajikan
penuh dengan tata kerama (Dalihan Natolu)
2. Bahasa Batak Toba dalam pergaulan sehari-hari
Bahasa BAtak Toba
dalam kesehariannya sangatlah fungsional. Pemakaiannya meliputi lingkungan
yang sangat luas, hampir disemua tempat dan situasi. Penggunaan Bahsa
dalam pergaulan sehari-hari tidaklah sekaku dalam pemakaian dalam Upacara
Adat istiadat. Saya katakan kaku, banyak yang pintar berbicara bahasa
batak toba belum tentu dapat berbicara di forum upacara adat.
B. Sastra Batak
Sastra Batak terdiri
dari sastra Tulisan dan sastra lisan. Yang termasuk sastra
Lisan adalah pemakaian bahasa yang bersifat puitis hal ini dapat
ditemui dalam upacara Adat: Perkawinan, kematian memindahkan tulang belulang
leluhur, dll. Dimana akan ditemui kata-kata dalam kalimat yang sangat puitis,
didalam meratapi orang meninggal dia akan berkisah dengan kata-kata yang
membuat orang terhanyut sedih karenanya. Juga Umpa dan umpasa akan ditemui
disetiap acara adat sebagai contoh;
1. Umpama
" tedek songon
indahan dibalanga"
artinya seperti nasi
dalam kuali, maksudnya adalah bahwa semua yang telah diutarakan tidak adalagi
yang tersembunyi
2. Umpasa:
“Margondang sitidaon,
mangan hoda sigapiton. Tu jolo nilangkahon, tupudi sinarihon”.
artinya :Bergendang
sitidaon,makan kuda sigapiton, Melangkah kedepan, kebelakang dipikirkan"
3. Mantera:
"Tul tanjung
holi ampe tu bulung bira, bisa ni tano bisa ni langit
toh,lah,lah,lah,lah,lah,lah"
artinya: Luka
pada tulang-tulang ditimpa kedaun talas,bisa tanah,bisa langit menjadi hilang,berkat
Allah"
4. Tonggo-tonggo:
Tonggo-tonggo adalah
Mantera memanggil arwah nenek moyang untuk meminta berkat dan restu,
menunjukkan kebenaran dan arti dari suatu kejadian.
"Hujou,hutonggo
hupangalu-alui, sahala ni daompung boru Saniang naga, saniang naga tunggal,
saniang naga jae, saniang naga di julu, partintinnaruminis, parsanggul na
lumobi,...tumpak ma hami horas,maduma jala gabe"
artinya: " KAmi
memanggil, mengundang, dan menjemput semangat dan arwah nenek boru saniang
naga(dewa danau toba dan pengairan), saniang naga yang tunggal, saniang naga
yang yang berada di hilir dan dihulu yang bercincin banyak dan berkode rapi,
berkatilah kami selamat dan bahagia."
5. Andung-andung
Andung-andung (bahasa
ratapan , bentuk ini dipakai pada waktumeratapi orang yang meninggal.Kata-kata
yang dipergunakan lain dari yang dipakai sehari-hari.
Kata anak disebut menjadi Sinuan tunas artinya Putra
---- boru ---------------- Sinuan
beu artinya Putri
---- amang -------------- Parsinuan artinya Ayah
---- inang -------------- Pangintubu artinya Ibu
Di sisi lain, Sastra tertulis itu adalah berupa ilmu perbintangan atau astronomi, Tarombo (silsilah), ramuan pengobatan tradisional, turi-tirian (cerita dongeng mitos), tulisan tersebut ditulis dengan aksara Batak.
C. Dialek
Yang dimaksud dengan dialek adalah ditandai dengan ciri-ciri khas dalam tata bunyi, kata-kata, ungkapan-ungkapan dan lain-lain. Bahasa adalah rangkaian tutur kata , mangandung makna yang dapat dipahami oleh penuturnya, sedangkan dialek merupakan varian suatu bahasa. Dialek dalam fungsinya ditengah masyarakat merupakan bahasa setempat, dialek yang merupakan bahasa setempat itu bersifat turun temurun. Dialek ini terjadi karena adanya isolasi alami dalam jangka waktu yang lama.
Dialek Bahasa Batak Toba dapat dibagi 5 dialek yaitu :
1. Dialek Silindung.
Dipergunakan
diwilayah : Kecamatan Tarutung, Sipoholon ,Pahae Julu,Pahae JAe, Sipahutar,
Pangaribuan dan GAroga. Sedang di Adiankoting dipergunakan dialek Sibolga.
2. Dialek Humbang.
Dipergunakan oleh
wilayah Siborong-borong, Dolok sanggul, Lintong ni huta, Muara, Parmonangan,
dan Onan Ganjang.Sedangkan di Parlilitan dan Pakkat sebagian mempergunakan
bahasa pakpak dairi dan sebagian lagi mempergunakan dialek humbang.
3. Dialek Toba.
Dipergunakan
diwilayah Toba: Balige, Laguboti, Porsea, Lumbanjulu, Silaen, dan Parsoburan.
4. Dialek Samosir.
Dipergunakan di
wilayah Samosir yaitu: Palipi, Pangururan, Onan Runggu, Simanindo, dan Harian.
5. Dialek Sibolga.
Dipergunakan di
Sibolga dan sebagian wilayah Silindung.
Traditional Clotes of Batak Toba |
D.
Perbedaan-Perbedaan dialek:
1. Perbedaan Fonologis
Kata "amang,
Among, Apang"= Ayah. Amang (dialek Silindung, dan
Humbang), Among (dialek Toba, dan Samosir), Apang (dialek
Sibolga).
"Inang,
Inong" =
Ibu. Inang (dialek Silindung, Humbang, dan Sibolga), Inong (dialek
Toba, dan Samosir).
"Tu, Hu"= Ke. Tu (dialek Silindung, Humbang, Toba, dan Sibolga). Hu (dialek Samosir).
"Tu, Hu"= Ke. Tu (dialek Silindung, Humbang, Toba, dan Sibolga). Hu (dialek Samosir).
Pada dialek humbang konsonan /r/sebagai apiko alveolar diucapkan menjadi [R] velar. Jadi konsonan /r/ itu lebih dekat kepada /g/ dan /h/, yaitu dibentuk pada rongga tekak misalnya (disaRat-saRat? uRsa ReRe tu RuRa, dari contoh itu tampak bahwa perbedaan fonologis itu dapat terjadi, baik pada vokal maupun konsonan.
2. Perbedaan lafal
(ucapan)
Perbedaan itu berada pada bahasa, ,lafal dialek Silindung dan Sibolga halus dan lembut, Lafal dialek Humbang agak halus, Lafal dialek Toba dan Samosir agak keras.
3. Perbedaan Semantis (menurut ilmu arti kata)
Kata ”Lae” /ipar dipergunakan pada dialek Silindung, Toba, Samosir, dan Sibolga, sedangkan pada dialek Humbang kata Lae berarti saudara perempuan ayah.
Untuk panggilan pada anak saudara laki-laki ibu pada dialek Toba dan Samosir disebut ”Opung”, sedangkan di Humbang, Silindung dan Sibolga untuk anak saudara laki-laki ibu dipakai kata ”Tunggane”.Disamping itu kata tunggane dipakai juga untuk mengatakan saudara laki-laki istri.
Untuk mengatak ” belum lagi” pada dialek Toba, Silindungdan Sibolga dipergunakan kata ”ndang do pe”, pada dialek Humbang dipergunakan kata ”ndang kede”, dan pada dialek Samosir dipergunakan kata ”ndang poso” atau ” ndang koso”.
Kata ”Puang” panggilan kepada orang kedua yang menunjukkan hubungan akrab, dipergunakan pada dialek Silindung,Sibolga dan Humbang, sedangkan pada dialek Toba dipergunakan kata ”kedan” dan puan. Pada dialek Samosir kata kedua ini dianggap kasar, hanya dipergunakan kepada orang kedua yang statusnya jauh lebih rendah daripada kita.
E. Watas Isoglos diantara dialek-dialek Bahasa Batak Toba
Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa Isoglos( kesamaan dialek), garis watasvkata hádala garis yang memisahkan setiapgejala bahasa dari dua lingkungan kata atau bahasa berdasarkan wujud atau sistem kedua lingkungan itu yang berbeda, yang dinyatakan pada peta bahasa. Garis watas kata itu Madang-kadang juga disebut heteroglos. Oleh karena itu untuk memperoleh gambaran yang benar mengenai batas-batas dialek, harus dibuat watas kata yang menerangkum segala segi kebahasan dari hal-hal yang diperkirakan akan memberikan hasil yang memuaskan.
Dari garis watas kataitu akan terlihat bahtidakakan adasatupun diantara anasir yang memberikan garis yang benar-benar sama sehingga akan selalu terdapat beberapa perbedaan. Walaupundemikian pada garis besarnya akan terlihat adanya suatu irama atau gerak garis itu yang sama sehingga dapat diperkirakan dimana batas-batas dialek yang dimaksud itu. Dalam bahasa Toba watas kata diantara dialek-dialek itu dapat dilihat pada peta berikut ini.”
No comments:
Post a Comment