SUKU BATAK RAO
DI KAB. PASAMAN
by: Wendy Hutahaean
Suku Batak Rao, adalah salah satu etnis Batak yang mendiami mulai dari sekitar perbatasan provinsi Sumatra Utara - Sumatra Barat sampai ke wilayah kabupaten Pasaman, Sumatra Barat. Suku Rao ini, telah lama bermukim di wilayah ini sejak abad ke 5 Masehi. Apabila dilihat dari fisik dan kemiripan bahasa, suku Rao ini sepertinya masih berkaitan erat dengan Batak Mandailing dan Batak Padang Lawas. Selain itu, menurut orang Mandailing, bahwa orang Rao ini sebenarnya masih keturunan dari Mandailing, karena orang Rao telah beratus-ratus tahun bermigrasi ke wilayah Sumatra Barat, sehingga terbentuklah suatu etnis bernama suku Rao. Tetapi, menurut penuturan beberapa masyarakat Rao, bahwa suku Rao adalah suku tersendiri, yaitu suku Rao, bukanlah Batak, bukan Mandailing, bukan Minangkabau dan juga bukan Melayu, walaupun mereka tidak menyangkal bahwa nenek moyang mereka mungkin berasal dari tanah Batak Mandailing.
Traditional Clothes of Batak Rao |
Suku Rao sendiri telah lama bertetangga dekat dengan suku Minangkabau, maka budaya mereka pun sepertinya menyerap beberapa adat istiadat dan budaya Minangkabau ke dalam budaya dan adat istiadat Rao sendiri. Wilayah Rao berada dalam lingkaran Bukit Barisan meliputi berbagai daerah seperti Huta Godang, Panti, Padang Gelugor, Langsat Kadap, Lubuk Layang, Kubu Sutan, Sungai Ronyah, Selayang dan Muara Sipongi (disebut dengan Rao versi lama) yang terletak di tengah pulau Sumatera. Di sebelah Utara, Rao bertetangga dengan suku Mandailing-Sumatera Utara, di sebelah Timur bertetangga dengan suku Melayu- Riau Daratan, di sebelah Selatan, bertetangga dengan suku Minangkabau, sedangkan di sebelah Barat, terbuka dengan Selat Mentawai yang secara geografi membentuk permukaan bumi di daratan pulau Sumatera.
Orang Rao saat ini masih tetap mengamalkan adat resam dan budaya asli Rao. Budaya Rao yang paling terkenal ialah bojojak, botatah atau adat pantang tanah. Anak-anak Rao tidak dibolehkan menyentuh tanah sebelum menjalankan upacara bojojak ini.
Traditional Dance of Batak Rao |
Suku Rao menggunakan bahasa Rao yang termasuk ke dalam Rumpun Bahasa Malayo-Polynesian. Bahasa dan budaya Rao berbeda dengan Tapanuli, Minangkabau dan Riau Daratan. Suku Rao adalah sebuah tamadun yang tua, ini dibuktikan dengan terdapatnya berbagai bukti arkeologis barang purbakala yang berumur ribuan tahun di Rao. Seperti candi Tanjung Medan di Petok Panti, Candi Pancahan, Arca Dwarapala Padang Nunang, Prasasti Lubuk Layang dan Candi Bukit Rao yang ditemukan oleh Amran Datuk Jorajo.
Cerita tentang budaya Rao justru banyak terdapat dalam catatan sejarah yang ditulis oleh orang Belanda. Di Rao terdapat sebuah benteng Amorogen sebagai saksi pertempuran sengit antara penjajah Belanda melawan pribumi yang dipimpin oleh Tuanku Rao. Rao di masa lalu merupakan sebuah kota yang besar, pusat perekonomian dengan terdapatnya tambang emas terbesar di Sumatera pada waktu itu. Letnan 1 Infanteri J.C. Boelhouwer, dalam tulisannya yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Pemerintah Daerah Pasaman. Dalam buku tersebut diceritakan tentang penduduk suku Rao di Sumatera.
Traditional House of Batak Rao |
Sebagian besar masyarakat suku Rao ternyata telah banyak yang hijrah ke Malaysia pada sekitar 500 tahun yang lalu, terutama di Perak, Negeri Sembilan, Pahang, Selangor dan Kelantan. Nama-nama kampung merekapun di bawa dari nama kampung yang terdapat di Rao sendiri. Dalam kehidupan keseharian mereka, orang Rao ini masih mempertahankan bahasa, adat istiadat, budaya dan hubungan kekerabatan dengan kampung asal nenek moyang mereka di Rao.
Penyebab lain yang perpindahan besar-besaran orang Rao, oleh karena wilayah Rao ditaklukkan oleh Belanda pada tahun 1833. Selain itu disebabkan meletusnya perang saudara antara Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dengan tentara pusat di Sumatera Barat pada 15 Februari 1958, dan Rao adalah kubu terakhir PRRI ketika itu. Pemberontakan partai komunis Indonesia pada tahun 1966 juga diperkirakan mempengaruhi penghijrahan.
Bahasa Rao, adalah suatu bahasa yang dituturkan oleh suku Rao, yang mendiami daerah Rao-Pasaman, di Sumatra Barat, Indonesia. Bahasa Rao ini merupakan bahasa yang berhubungan erat dengan bahasa Batak Mandailing-Padang Lawas dan bahasa Minangkabau serta dengan bahasa Melayu, karena dalam perbendaharaan bahasa Rao banyak terdapat banyak kemiripan dengan bahasa-bahasa tersebut. Sepertinya bahasa Rao ini merupakan asimilasi antara bahasa Batak Mandailing-Padang Lawas dengan bahasa Minang.
Tetapi menurut penuturan masyarakat Rao sendiri, bahwa bahasa Rao bukanlah bagian dari bahasa Batak Mandailing-Padang Lawas, Minang maupun Melayu. Melainkan menurut mereka, bahwa bahasa Rao justru lebih tua dari bahasa Minang dan bahasa Melayu, dan sudah berdiri sendiri sejak lama. Di Malaysia bahasa Rao disebut sebagai bahasa Rawa. Ada beberapa penulis yang mengartikan "Rao" sebagai "Rawa". Bahasa Rao ini termasuk ke dalam rumpun bahasa Malayo-Polynesian.
Sekondakhati
persepsi loe gk masuk akal, inilah yg namanya usaha untuk memecah belah suku
ReplyDeleteSuku Batak Pasaman, Sumatra Barat
Orang Batak Pasaman, adalah suatu kelompok masyarakat yang menghuni wilayah kabupaten Pasaman dan kabupaten Pasaman Barat di provinsi Sumatra Barat.
Setelah ada bahasan tentang kelompok-kelompok yang disebut sebagai orang-orang Batak, maka ada suatu kelompok masyarakat di Sumatra Barat yang disebut sebagai orang Batak Pasaman. Istilah Batak Pasaman mungkin belum bisa dikategorikan sebagai suatu suatu suku atau kelompok etnis, tapi lebih bisa dikatakan sebagai suatu kelompok Masyarakat.
tari tradisional Batak Pasaman
Kabupaten Pasaman, banyak dihuni oleh etnis Batak, yang terdiri dari banyak ragam marga, yang dari cerita masyarakat setempat bahwa leluhur mereka berasal dari Bonapasogit. Mereka memasuki wilayah ini dalam kelompok-kelompok kecil yang kini menghuni dan tersebar di wilayah Pasaman. Kabupaten Pasaman sendiri pada tahun 2008, dipimpin oleh Bupati H.Yusuf Lubis dan Kabupaten Pasaman Barat dengan Bupatinya H. Syahiran Lubis, yang keduanya adalah masih berdarah Batak Mandailing.
Pasaman adalah nama negeri di Sumatera Barat yang diyakini sudah dihuni oleh orang-orang Batak sejak beberapa abad yang silam. Di antara mereka ada yang berasimilasi menjadi Melayu Minang tapi masih banyak yang bertahan dengan identitas Batak mereka. Sehingga untuk komunitas mereka ini di beberapa media sering disebut sebagai orang Batak Pasaman.
alat musik Batak Pasaman
Keberadaan orang Batak di Sumatera Barat seakan sudah menyatu dengan penduduk asli wilayah ini, yaitu orang Minang. Dalam hal bahasa juga banyak terjadi pembauran, walaupun mereka masih bisa berbicara dalam bahasa Batak maupun bahasa Minang, tetapi bahasa yang digunakan mereka sehari-hari adalah bahasa yang sudah berbaur dalam 2 bahasa, yaitu bahasa Batak dan bahasa Minang/ Melayu Pesisir. Bahasa Mandailing dan Minang/Melayu Pesisir pun dengan mudahnya berganti-ganti, tergantung siapa yang memulai berbicara.
@ Saudara Komisivirtual
DeleteIni bukan persepsi, namun tulisan yang bersumber dari kajian ilmiah disertai referensi ilmiah. Sebelum penduduk Batak Mandailing menduduki wilayah Rao sekarang ini, wilayah itu sebelumnya dihuni masyarakat Batak Rao. Banyak masyarakat Batak Rao yang mengungsi ke Semenanjung Malaysia akibat gerakan Pasukan Paderi yang memaksakan agama Islam yang murni. Setelah tanah Pasaman kosong, banyak bermigrasi masyarakat Batak Mandailing menempati tanah yang ditinggalkan Batak Rao itu. Timbul pula beberapa perebutan tanah adat yang diklaim masyarakat Minang sebagai ulayatnya, padahal itu milik masyakat Batak Rao yang banyak pindah ke Semenanjung Malaysia.
Saya bukan ahli dalam sejarah Rao. Sebagai generasi ke tiga Rao Gopeng yang berkesempatan hidup dilingkungan generasi pertama yang berhijrah dari Tanah Besar Rao ke Gopeng maka sering mendengar "Batak Tobo nyo kilien" Istilah ini sering dituturkan oleh generasi pertama kepada anak-anak muda Suku Rao yang lahir di Malaysia sebagai rujukan kepada "kebodohan dan kejahilan" seseorang. Istilah ini mungkin berbau rasis tetapi dari suatu sudut Suku Batak Rao dan Suku Rao yang banyak terdapat di Gopeng dan lain-lain tempat di Malaysia bukanlah berasal dari satu rumpun yang sama dan tidak juga pernah dizaman awal bercampur baur. Hairan juga kenapa disebut sebagai Batak Tobo dan tidak lain-lain suku Batak.Tulisan Tuan Wendy Hutahaean adalah diyakini sebagai penjernihan bahawa Suku Rao adalah Rao dan bukan Batak atau Mandailing atau Minang.
ReplyDeleteBetul sekali Tuan Anonymous,
DeleteTulisan ini menegaskan bahwa suku adalah Rao, bukan Minang ataupun Mandailing. Namun sebagian masih berkerabat atau ada ikatan darah dengan suku Mandailing. Batak Toba atau Batak Tobo yang Tuan maksud dahulu memang sulit dijangakau oleh orang Eropah atau suku lain dan cenderung disebut tidak beradab karena memang mereka tidak memahami adat Batak Toba ini memang berbeda dengan yang lainnya. Pemikiran inilah yang disebarkan ke suku Batak lainnya bahwa Batak Toba itu 'jahil dan bodoh'. Namun tidaklah demikian adanya. Hanya karena orang Batak Toba itu keras dan tidak mudah dipengaruhi penjajah/ suku lain, makanya disebut demikian. Salam.
Saya amat setuju penghijrahan beramai-ramai Masyarakat Rao ke Malaysia bermula sejak lebih lebih kurang 10 generasi lalu membuatkan Tanah leluhur Rao menjadi sepi dan lumpuh. Generasi pertama yang berhijrah pernah bercerita kepada saya mengenai Tanah pusaka yang terbiar di Tanah Besar Rao dan sedia untuk diserah kepada pewaris yang ada di Malaysia namun disambut dingin kerana kecintaan mereka kepada Tanah baru yang telah diteroka di Malaysia dan tidak pernah ada keinginan untuk pulang. Hanya yang bujang kembali ke Rao dan kembali semula ke Malaysia dengan isteri yang dikahwini di Rao. Mungkin benar, kekosongan yang telah ditinggalkan di Rao telah diambil peluang oleh generasi baru yang berhijrah ke Tanah Besar Rao dari Minang dan lain-lain daerah dan kemudiannya membentuk generasi baru Rao. Saya teringat kepada penjarahan Tanah di Timor Leste oleh pendatang Jawa dan Sulawesi. Pribumi asal berhijrah ke gunung dan meninggalkan Tanah subur yang akhirnya dikuasai oleh pendatang Jawa dan Sulawesi. Kini Tanah tersebut kembali semula kepada pribumi apabila Timor mencapai kemerdekaan dan orang Jawa dan Sulawesi kembali ke Tanah asal.
ReplyDeleteBetul sekali Tuan. Sekarang Tanah Rao itu sudah ditempati orang Mandailing dan Minang. Orang Rao yang ada di sini pun sangat sedikit dan membuat budaya nya mengikuti adat penduduk Mandailing atau Minang. Salam.
Deletemohon maaf sebelumnya, saya menemukan artikel ini tersebab saya baru mengetahui dari org tua saya bahwa kakek buyut saya adalah orang Rao yang melarikan diri/hijrah ke Aceh Selatan sekitar tahun yang disebutkan artikel diatas. saya sekarang paham kenapa kakek buyut saya yg dari rao bisa pindah ke Aceh selatan yg pada dasarnya berbahasa aneuk jame (mirip bahasa padang) bukannya bahasa aceh (ibu). mungkin kakek buyut saya dulu hijrah bersama orang2 sumatra barat ke aceh selatan kota tapaktuan. terimakasih penjelasannya.
DeleteNgaco bener nih, orang rao disebut batak rao,.mimpi kale, orang mandailing di pasaman juga gak nyebutin diri orang batak mandailing, tapi mandailing...hahaha
ReplyDeleteTerimakasih telah membaca artikel saya bang Anonymous. Kalau memang anda tidak setuju dengan sebutan 'Batak' Mandailing, itu hak anda. Namun, dari pandangan para antropolog budaya Mandailing merupakan Batak yaitu kumpulan suku-suku yang hidup di sekitar pegunungan Bukit Barisan Utara yang bukan Melayu. Itu berdasarkan penelitian dan bukti-bukti sejarah. Terimakasih. Salam.
DeleteTulisannya koq ngaco amat sih?. Mana ada batak rao!. Semua mau dibuat jadi batak, lama-lama orang aceh juga diklaim batak aceh, orang minang jadi batak minang, orang jawa jadi batak jawa, orang papua jadi batak papua. Lama-lama jadi sakit jiwa orang-orang batak ini!?. Udah kegedean klaimnya. Orang rao itu dari rumpun minang seperti rokan, kampar, kuantan, kerinci. Tapi akhir-akhir ini semua mau memisahkan diri dan mencari identitas sendiri dengan argumennya masing-masing.
ReplyDeleteBang Anonymous. Terimakasih sudah membaca artikel penelitian saya ini. Yang dimaksud 'Batak' oleh para antropolog budaya adalah kumpulan suku-suku yang hidup di sekitar pegunungan Bukit Barisan Utara, yang bukan Melayu. Silakan baca sejarah penamaan 'Batak'. ACEH (Arab, China, Eropah dan Hindia) bukan Batak, karena itu merupakan perpaduan bangsa-bangsa pendatang yang hidup di tepi pantai, bukan pegunungan Bukit Barisan Utara. Minang juga bukan Batak, karena memang mayoritas hidup di pantai barat Sumatera. Orang Jawa jelas bukan Batak, bukan di pegunungan Bukit Barisan Sumatera koq tinggalnya, apalagi Papua. Kalau menurut para antropolog, memang benar ada sebagian orang Rokan berasal dari pendatang Minang dan dapat disebut Minang Rokan. Namun ada juga penduduk Rokan yang berasal dari Mandailing (orang pegunungan)yang leluhurnya masih bermarga, jadi dapat disebut Batak Rokan. Kalau masalah Kampar, Kuantan, Kerinci tidak terlalu saya teliti asala muasalnya. Jadi kalau anda ingin menyebut Minang Rokan, Minang Kampar, Minang Kuantan dan Minang Kerinci, ya silakan saja. Namun kalau berbicara sejarah Rao, berdasarkan bukti-bukti sejarah dan penelitian memang masih berkaitan dengan Mandailing ya bang. Terimakasih dan salam.
DeleteFoto pengantinnya aja jelas-jelas sama dengan pakaian tradisional pengantin minang. Yang cerdas lah bro kalo menulis.
ReplyDeleteBang Anonymous. Terimakasih sudah membaca artikel penelitian saya ini. Gambarnya sih menunjukkan bahwa saat ini orang Rao memang sudah mengakulturasi budaya nya dengan budaya Minang. Apakah abang punya pakaian pengantin suku Rao yang benar-benar asli Rao? Kalau tulisannya ini kan hasil penelitian. Kalau memang abang punya pendapat lain yang silakan dibuat penelitiannya dan posting diblog biar saya bisa juga belajar. Ok bang, terimakasih ya bang.
DeleteGua orang asli rao ga mau di sebut orang batak. Kita ini Orang Minang Rao titik !!! Tolong jangan mengklaim kalo kami ini adalah batak !!! Hiduik Ratok Pasaman !!
ReplyDeleteBang Anonymous. Terimakasih sudah membaca artikel penelitian saya ini.Anda yakin orang Rao asli? Sudah berapa generasi leluhur anda di sana? Orang Rao asli itu sebelum 500 tahun yang lalu itu sudah banyak hijrah ke Malaysia dan ke luar Rao. Lalu karena wilayahnya sempat sepi dan cenderung kosong, datanglag beramai-ramai penduduk Mandailing dan Minang menempati wilayah tersebut. Coba silakan tanya ke orang tua abang, generasi ke berapa menempati Rao? Atau bisa saja anda suku Minang. Suku Rao dan Minang itu berbeda.
Deletegini lae wendi hutahaen.. kitapun gak bisa jga langsung klain Batak Rao.. meemang benar nenek moyang mereka ada orang batak,tetapi benar juga nenek moyang mereka ada orang minang sekaligus benar pula nenek moyang mereka ada dari melayu.. mereka kawin campur.. jadi gak bisa kita klaim langsung batak.. sebab darah minang mereka mengatakan bahwa mereka minang,sebagian lagi mengatakan mereka melayu,sebagian lagi bilang batak.. yang paling jelas batak adalah.. toba simalungun karo pakpak dan mandailing.. dan yang paling asli BATAK ketutunan SiRajaBatak adalah BATAK TOBA.. yang lainnya sudah campuran dgn suku bangsa lain.. itulah sebabnya batak toba yg memimpin,karena mereka yang paling mengerti sejarahnya.. sebab mereka masih memegang silsilah,tarombo si Raja Batak..
ReplyDeleteTerimakasih sudah membaca artikel saya. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang sejarah budaya Batak. Jika memang saudara mempunyai marga, tetapi tidak ingin disebut bagian dari Batak, ya tidak ada masalah. Batak itu dahulu luas, namun karena politik Devide Et Impera (Pecah Belah) Belanda, kita menjadi terkotak-kotak. Batak itu tidak hanya terbatas pada Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, Mandailing dan Angkola. Sikap sok paling mengerti sejarah Tarombo dari BATAK TOBA (merasa paling Batak tulen) itulah yang menjadikan Karo, Pakpak, Mandailing dan Simalungun saat ini tidak mau disebut Batak.
Deleteorang batak itu hanya orang yang mewarisi marga batak(toba,karo,mandailing,simalungun,pakpak) selain itu bukan orang batak.. memiliki turunan batak bukan bererti bersuku batak.. bahkan orang jawapun bsa kita bilang orang batak kalo dia memiliki marga baatak walaupun dia berdarah jawa.. orang rao,orang sibolga pesisir,orang riau pesisir,orang dalle,tidak bisa kita bilang orang batak jika adat dn budayanya tidak mewarisi marga2 batak..
ReplyDeleteTerimakasih sudah membaca artikel saya. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang sejarah budaya Batak. Jika memang saudara mempunyai marga, tetapi tidak ingin disebut bagian dari Batak, ya tidak ada masalah. Batak itu dahulu luas, namun karena politik Devide Et Impera (Pecah Belah) Belanda, kita menjadi terkotak-kotak. Batak itu tidak hanya terbatas pada Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, Mandailing dan Angkola. Sikap sok paling mengerti sejarah Tarombo dari BATAK TOBA (merasa paling Batak tulen) itulah yang menjadikan Karo, Pakpak, Mandailing dan Simalungun saat ini tidak mau disebut Batak.
DeleteAh ribut kali kalian,kalo emmang punya marga berarti turunan batak tapi orang rao,kalo ga pake marga orang rao juga mungkin turunan melayu atau minang,yg jelas apapun asal usul moyangnya mau bermarga atau tidak jelas pribumi rao,saya pun orang pasaman nenek moyang saya belom merdeka sudah di ranah pasaman,tapi saya mengaku orang pasaman bermarga harahap,dan saya pribumi pasaman turunan tapanuli selatan.ada yg berani bilang kita bukan pribumi pasaman,dima bumi dipijak disitu langik di junjuang,mari bangun nagari pasaman,jadikan perbedan itu indah
ReplyDeleteTerimakasih sudah membaca artikel saya. Jika memang tuan bermarga Harahap, ya berarti keturunan Batak. Namun, jika tuan tidak mau disebut Batak, ya tidak masalah atau tidak rugi bagi Bangsa Btaak. Artikel ini hanya memberikan pengetahuan sejarah Budaya Batak saja. Terimakasih.
DeleteSilakan tonton salahsatu Adat Pantang Bojojak, Khas Rao
ReplyDeletehttps://www.youtube.com/watch?v=6fG5WDgWsDQ
Terimakasih sudah membaca artikel saya. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang sejarah budaya Batak. Sungguh kaya budaya Rao. Terimakasih.
Delete