SUKU BATAK SINGKIL
DI KAB. ACEH SINGKIL
By: Wendy Hutahaean
Suku Singkil adalah sebuah komunitas suku yang menempati wilayah kabupaten Singkil, yang berada di wilayah provinsi Aceh. Keberadaan suku Singkil masih menjadi perdebatan apakah termasuk rumpun suku Pakpak dari Puak Boang atau memang berdiri sendiri.
Menurut penelitian suku Singkil adalah salah satu rumpun Batak yang tersebar di dataran tinggi Aceh. Mereka juga termasuk ke dalam rumpun sukubangsa Proto Malayan. Pada masa awal kehadiran komunitas ini di wilayah Singkil ini, mereka sangat mengisolasi diri dari dunia luar dan menetap di dataran tinggi Aceh. Tetapi seiring masuknya budaya Melayu dan Aceh yang membawa budaya serta agamanya, secara perlahan budaya asli suku Singkil ini terakulturisasi dengan budaya Melayu dan Aceh dan memeluk agama Islam.
Suku Singkil memiliki bahasa sendiri yaitu Bahasa Singkil. Bahasa Singkil ini dikelompokkan ke dalam rumpun bahasa Batak Utara, yang terdiri dari bahasa Karo, Pakpak, Dairi, Gayo, Singkil, Alas dan Kluet. Bahasa Singkil dengan bahasa-bahasa serumpunnya ini banyak sekali terdapat persamaan kosakata. Menurut suku Pakpak, bahasa Singkil adalah bahasa yang berasal dari Puak Pakpak Boang. Tetapi mendapat bantahan dari suku Singkil yang menyatakan bahwa bahasa Singkil tidak ada hubungannya dengan bahasa Pakpak Boang, walaupun terdapat banyak kesamaan antara kedua bahasa serumpun ini.
Traditional House of Batak Singkil |
Marga-marga yang
terdapat pada suku Singkil yaitu:
1.
Kombih (Kumbi)
2.
Ramin
3.
Buluara
4.
Palis
5.
Melayu
6.
Goci
7.
Gurinci
8.
Selian
9.
Bakhat atau Barat
10.
Pokan (di daerah
Cinendang)
Selain itu di Tanah
Singkil juga terdapat marga dari Puak Pakpak Boang, yang sudah terarkulturisasi
dengan budaya dan adat Singkil. Marga-marga tersebut adalah:
1. Sambo
2. Penarik
3. Seraan
Wilayah Suku Singkil
Singkil tidak hanya
merupakan nama Salah satu Kabupaten di NAD apalagi hanya nama Kecamatan di
Kabupaten Aceh Singkil, tapi singkil adalah nama sebuah suku bangsa yang
memiliki budaya dan sistem kekerabatan serta pranata sosial lainnya yang sudah
lengkap, mendiami daerah geografis yang saat ini dikenal Kab. Aceh Singkil dan
Kota Subulussalam, selain itu mereka juga hidup secara berkelompok dan
membentuk beberapa desa di Kabupaten Aceh Tenggara (Tanoh Alas).
Kuta-kuta Kalak
Singkil di Tanoh Alas, yaitu:
1. Kampung
Bakti
2. Lawe
Loning Aman
3. Suka
Damai
4. Batu
Duaratus
5. Sibungke
Darul Aman
6. Lawe
Buyur
7. Lawe
Dua
8. Kutacane
Lama
9. Maha
Singkil
Sejak lebih seratus
tahun yang lalu penduduk dari Tanoh Singkil bermigrasi ke Tanoh Alas selalu
menyebut jika mereka Suku Singkil. Mereka dan generasi penerusnya hingga kini
di Tanoh Alas tidak pernah mengenal sebutan Suku Boang, Suku Kampong maupun
Suku Pakpak Boang. Jikalau pun ada istilah Kalak Boang di sana, itu semata-mata
ditujukan bagi orang yang mengaku Suku Singkil, namun tidak mengenal lagi
asal-usul dan akar budayanya.
Seluruh penduduk yang
mengaku Suku Singkil tersebut adalah orang-orang yang bermigrasi ke Tanoh Alas
tanpa pernah meminjakkan kaki di Singkil (dalam pengertian sempit sekarang,
yang hanya meliputi Pulo Sarok, Pasar, Ujung dan Kilangan). Hal ini juga
didapati pada 2 Tokoh Singkil, yakni Syeikh Hamzah Fansury Al Singkily dan
Syeikh Abdurrauf As Singkily, kedua tokoh ini tidak atau bukan lahir di Singkil
(dalam pengertian sempit sekarang). Belum pernah Saya temukan literatur yang
menyatakan salah satu atau kedua tokoh ini lahir di Singkil atau setidaknya
pernah menetap di Singkil. Hamzah Fansury membuka pesantren di Tumakal, di
aliran sungai Lae Suraya (atau Kr. Simpang Kiri jika dalam peta lama) setelah
mengembara kemana-mana akhirnya menetap dan wafat di Oboh, Kec Runding – Kota
Subulussalam. Sedangkan Sheikh Abdurrauf lahir di Serasah di aliran sungai Lae
Cinendang (atau Kr. Simpang Kanan jika dalam peta lama), dan terakhir menetap di
Kutaraja. Zaman mereka, bahkan hingga awal 1980-an Singkil itu meliputi seluruh
eks Kabupaten Aceh Singkil (termasuk Kota Subulussalam).
Sebutan Suku Singkil
menjadi tidak pupuler di Tanoh Singkil disebabkan setidaknya 2 hal:
1.
Dimulai
sejak dimasukkannya wilayah Singkil ke dalam naungan Kabupaten Aceh Selatan
pasca kemerdekaan, dimana seluruh struktur tata peperintahan berganti mengikuti
aturan induknya. Sebutan Kuta menjadi Kampong (mengadopsi dari kata Gampong)
dan sebutan Pengulu berganti menjadi Gecik (adopsi dari Keushiek). Pemekaran
Kabupaten Aceh Selatan menjadi Kabupaten Aceh Singkil dan induk sedikit bisa
mengangkat nama Singkil, namun di satu sisi juga mendegradasi suku Singkil,
akibat penamaan ‘Aceh Singkil’, Singkil maknanya semakin menyempit, hanya
tinggal sebuah kecamatan saja. Padahal sebelumnya tidak ada Kabupaten Aceh
Gayo, atau Aceh Alas, bahkan Pidie sendiri tidak memakai sebutan Aceh Pidie.
Kemudian ditambah
lagi pemekaran Kabupaten Aceh Singkil menjadi Kota Subulussalam dan Kabupaten
Induk Aceh Singkil, ini semakin menyempitkan makna Singkil, banyak orang Kota
Subulussalam sekarang menjadi asing dengan istilah dan sebutan Singkil.
2.
Tanoh
Singkil menjadi Tanoh Boang mulai populer sejak hubungan transportasi darat
mulai lancar dari Tanoh Singkil ke Sidikalang. Pasca lancarnya hubungan darat
antara wilayah Singkil dengan Sidikalang (wilayah suku Pakpak). Sejak awal
tahun 80-an, hampir semua denyut perekonomian wilayah Singkil menjadi
bergantung ke Sidikalang. Semua orang Singkil seperti di-brainwash, dengan
sebutan “Boang”. Boang sendiri merupakan semakna Singkil dalam kamus Pakpak.
Dalam kamus Pakpak tak ada istilah Singkil, namun berganti menjadi ‘Boang’.
Lalu orang2 semua menyamakan Singkil dengan Boang. Sebab dalam suku Pakpak
sendiri dikenal dengan 5 suak (wilayah domisili), yakni suak Keppas, Simsim,
Pegagan, Kelasen dan Boang.
Selain karena faktor
kedekatan bahasa dan marga, hampir tidak ada persamaan maupun kemiripan antara
budaya, adat istiadat dan kesenian Pakpak dan Singkil. Semua berbeda. Lalu
orang2 yang sudah dibrainwash tersebut menjadi lebih sreg dengan sebutan Kalak
Boang (tanpa Pakpak), bahkan orang Pakpak Boang (Pakpak yg ada di Tanoh
Boang-menurut istilah Pakpak- ) tidak pernah menyebut Suku Singkil sebagai
Pakpak, tapi dengan sebutan Kalak Boang (tanpa Pakpak dan artinya berbeda
dengan Pakpak), sementara orang2 yang tidak sreg dengan sebutan Kalak Boang,
lebih memilih sebutan Kalak Kampong. Sementara di Tanoh Alas, sebutan Suku
Singkil tidak pernah berganti menjadi Suku Boang atau Suku Kampong apalagi
menjadi Suku Pakpak.
Kebanyakan peneliti
Pakpak itu meneropong dari puncak Nan Tampukmas, tanpa melihat realnya
bagaimana perbedaan Suku Singkil dan Pakpak itu. Betul ada Pakpak suak Boang di
Tanoh Singkil, tapi itu khan secara bahasa, budaya, adat sitiadat dan kesenian
sedikit sekali perbedaan dengan Pakpak empat suak yang lain. Yakni yang menjadi
mayoritas di Kecamatan Penanggalan di Kota Subulussalam, Kecamatan Danau Paris
dan beberapa desa di Kecamatan Suro dan Simpang Kanan dalam wilayah Kabupaten
Aceh Singkil. Sedangkan dengan Singkil, selain kemiripan bahasa dan marga
hampair sulit mencari persamaannya dengan Pakpak.
Jika ada yg berminat
meneliti suku Singkil, jangan abaikan ribuan masyarakat yang masih mengaku Suku
Singkil di Aceh Tenggara. Jika berfokus di Tanoh Singkil (Kab. Aceh Singkil dan
Kota Subulussalam) saja, kurang lengkap, karena di Tanoh Singkil sendiri sudah
banyak yang missing. Rata-rata perantau yang berasal dari Tanoh Singkil yg
meninggalkan kampung halaman pra-80-an, dimanapaun mereka pasti tetap mengaku
Suku Singkil.
Sumber:
1. http://nabilberri.wordpress.com/2012/11/14/suku-singkil/
Batak Singkil Dance - Tari Pulau Pinang
Batak Singkil Song - Pak Wali
Batak Singkil Song - Tekise
Sekilah pakaian Wanitanya Persis Sekali dengan Pakaian Anak Daro Minangkabau apalagi Suntiangnya yg persis dari Pesisir Selatan Sumatera Barat .. :3
ReplyDeleteTerimakasih telah membaca artikel saya. Pada abad ke-14 Sultan Pesisir Selatan datang ke wilayah Singkil ini untuk berdagang dan akhirnya menempati wilayah pesisir pantai Singkil. Itulah sebabnya pakaiannya hampir sama bang. Salam.
DeletePerlu juga dipelajari tentang marga...
DeleteBikin seminar saja....
ReplyDeleteBukan seperti itu baju adat singkil.. Dan marga2 nya masih ada yang tidak terdata, , referensinya udah bisa di ambil sebagian tapi masih banyak yang ngaur tu..
ReplyDelete